Sabtu 17 Mar 2018 04:24 WIB

Catatan Perjalanan dari Tiongkok (2-- habis)

Xi menapaki jalan kariernya benar-benar dari bawah.

Presiden Joko Widodo berjabat tangan dengan Xin Jinping pada pertemuan APEC di Beijing beberapa waktu lalu.
Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
Presiden Joko Widodo berjabat tangan dengan Xin Jinping pada pertemuan APEC di Beijing beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada 1-10 Februari 2018 lalu, tiga partai Islam – PAN, PKB, dan PKS – diundang Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk mengunjungi Tiongkok. Wartawan Republika, Nasihin Masha, ikut diundang dalam perjalanan tersebut. Berikut ini laporannya.

Xi Jinping, Orang Kuat Baru

Kongres ke-19 Partai Komunis Tiongkok (PKT) pada 18 Oktober 2017 menjadi tanda pengakuan kebesaran Xi Jinping. Jargon kepemimpinannya – socialism with chinese characteristics – masuk ke dalam konstitusi PKT. Konstitusi partai berarti sama dengan konstitusi negara. Tiongkok menganut paham bahwa PKT memimpin negara. Amandemen konstitusi partai ini menjadikan Xi Jinping setara dengan Karl Marx, VI Lenin, Mao Zedong, Deng Xiaoping, Jiang Zemin, dan Hu Jintao. Dalam konstitusi itu hanya empat nama yang disebut, yaitu Marxisme-Leninisme, Pemikiran Mao, dan Teori Deng. Sedangkan tiga yang lain hanya disebutkan pemikirannya saja, itupun mereka hanya disebut sebagai proponen atau penyokong utama. Jiang diakui lewat Teori Tiga Perwakilan, Hu diakui lewat Pandangan Saintifik tentang Pembangunan, dan Xi diakui lewat Komunisme dengan Karakteristik Tiongkok di Zaman Baru. Pengakuan itu tak dimiliki para pemimpin Tiongkok lainnya seperti Hu Yaobang dan Zhao Ziyang – dua-duanya tersingkir usai kerusuhan Tiananmen.

Sejak pidato pertama, dalam suatu konferensi pers, pada 15 November 2012, setelah terpilih sebagai sekjen PKT dalam kongresnya yang ke-18, Xi sudah menyampaikan gagasan tentang komunisme dengan karakteristik Tiongkok. Namun saat itu ia hanya sekali mengeluarkan frasa itu, dan tak ada penjelasan spesifik. Penjelasan rinci ia ungkapkan dalam pidatonya yang kedua, dua hari berikutnya, dalam diskusi di depan pimpinan baru Politbiro Komite Pusat PKT.

“Hanya komunisme yang dapat menyelamatkan Tiongkok. Dan hanya komunisme Tiongkok yang dapat membawa negara kita kepada kemajuan,” kata Xi. Ia mengaitkan semua itu dengan 100 tahun PKT (2021) dan 100 tahun RRT (2049).

Lalu apa yang dimaksud komunisme dengan karakteristik Tiongkok? Dalam pidato itu Xi menyampaikan lima hal. Pertama, komunisme dengan karakteristik Tiongkok adalah sebuah capaian fundamental yang sudah lama dipraktikkan, sejak era Mao. Kedua, komunisme dengan karakteristik Tiongkok terdiri atas jalan untuk mencapai tujuan, teori yang menawarkan panduan bertindak, dan sistem yang menyediakan jaminan fundamental. Tentang teori, Xi menyatakan Marxisme harus diadaptasikan dengan pemikiran Mao, teori Deng, teori tiga perwakilan, dan pandangan saintifik tentang pembangunan. Ketiga, pemahaman mendalam tentang dasar-dasar, keseluruhan perencanaan, dan mandat utama bangunan komunisme. Keempat, benar-benar memiliki pengetahuan tentang persyaratan dasar dalam mencapai tujuan. Kelima, memahami sepenuhnya bahwa PKT selalu menjadi panduan kepemimpinan yang kukuh.

Pandangan Xi itu, pada tahun lalu telah masuk dalam konstitusi Tiongkok. Kini Xi terus menancapkan kukunya dalam politik Tiongkok. Pekan lalu, parlemen Tiongkok menyetujui penghapusan masa jabatan presiden. Aturan pembatasan jabatan presiden mulai diterapkan sejak 1982, di masa Deng. Seseorang bisa menjabat presiden hanya dalam dua periode, yang tiap periode adalah lima tahun. Kini, dengan penghapusan tersebut, Xi berpeluang untuk menjabat lebih lama. Xi mulai menjadi presiden pada 2013.

“Penghapusan pasal terkait pembatasan jabatan dua periode berturut-turut bagi presiden Tiongkok bermanfaat untuk melindungi kewibawaan dan kepemimpinan yang berintikan Xi Jinping. Supaya sistem kepemimpinan negara bisa lebih kuat dan sempurna,” kata seorang diplomat Tiongkok.

Perjalanan Xi

Xi menapaki jalan kariernya benar-benar dari bawah. Ia lahir di Beijing pada 1953. Tapi keluarganya berasal dari provinsi Shaanxi, kawasan pedalaman Tiongkok. Ayahnya pernah menjadi wakil perdana menteri dan seorang pejuang serta veteran komunis. Namun saat Xi berusia 10 tahun, di masa Revolusi Kebudayaan, ayahnya ditangkap dan dihukum untuk bekerja di pabrik di provinsi Henan. Pada tahun 1969 Xi pindah ke sebuah desa di Shaanxi untuk melakukan pengabdian. Di sini ia aktif di gerakan pemuda. Kemudian ia diangkat sebagai sekretaris departemen di kantor cabang partai. Selanjutnya ia kuliah teknik kimia Universitas Tsinghua. Ia meraih gelar master ilmu sosial dan humaniora di universitas yang sama. Ia aktif di politik dan pemerintahan di daerah di berbagai provinsi, yaitu Hebei (1982-1985), Fujian (1985-2002), Zhejiang (2002-2007), dan Shanghai (2007). Tapi pada 2007 itu juga Hu Jintao mengangkatnya menjadi wakil presiden. Sebelum ke Hebei, saat remaja ia bertugas di pelosok desa di Shaanxi – inilah masa yang paling heroik yang membentuk karakternya. Saat hendak balik ke kota untuk kuliah, ia dilepas penduduk desa bak pahlawan. Namun penugasan paling lama adalah di Fujian, 17 tahun. Ia juga pernah berdinas di militer.

Minning Method

Visi Xi sudah kelihatan ketika menjadi gubernur Fujian, wilayah Hokkian. Saat itu ia melakukan kerja sama sister city dengan provinsi Ningxia. Wilayah selatan dan timur Tiongkok adalah wilayah yang mengalami kemajuan lebih dulu. Inilah wilayah pantai. Di wilayah seperti itulah letak Fujian, dengan ibukota Guangzhou yang terkenal itu. Letak Fujian berseberangan dengan Taiwan. Sedangkan wilayah utara dan barat dikenal sebagai wilayah terbelakang. Orang luar sering menyebutnya sebagai pedalaman Tiongkok, Ningxia salah satunya. Saat ini Ningxia adalah provinsi termiskin ketiga di Tiongkok. Ningxia adalah daerah otonom karena keberadaan suku Hui yang beragama Islam – kendatipun saat ini suku Hui hanya 30 persen saja dari penduduk Ningxia, yang terbesar tetaplah suku Han.

Untuk memacu kemajuan di Ningxia, Xi menjalin sister city antara Fujian dan Ningxia pada 1996. Selain mendorong pengusaha Fujian untuk berinvestasi di Ningxia, Xi juga mengirim tenaga guru dan dokter dari Fujian untuk mengabdi di Ningxia. Kawasan Ningxia berbukit dan bergunung, didominasi padang savana dan padang pasir, tanahnya tandus dan kering, udaranya pun dingin. Ningxia berbatasan dengan Mongolia Dalam, yang berbatasan dengan negara Mongolia. Namun Ningxia beruntung dilewati oleh Sungai Kuning, sehingga lembah yang dilewati sungai ini bisa menjadi oase dan menjadi daerah pertanian. Namun di balik semua itu, di dalam tanah Ningxia terkandung kekayaan batubara. Ningxia, Mongolia Dalam, dan Gansu menyimpan sebagian besar cadangan batubara di Tiongkok.

Sejak terjalinnya sister city tersebut, lebih dari 20 tahun yang lalu, Ningxia mengalami lompatan kemajuan. Minning Town – berasal dari kata Min (sebutan untuk Fujian) dan Ning (diambil dari suku kata awal Ningxia) – menjadi bukti warisan Xi tersebut. Kota Minning awalnya adalah sebuah padang tandus yang disulap menjadi permukiman yang rapi, maju, dan modern. Kini sudah ada 60 ribu orang yang tinggal di Minning Town, dalam enam desa. Sekitar 83 persen dari mereka adalah muslim Hui. Orang-orang Hui yang semula tinggal di gunung-gunung direlokasi ke lokasi yang dekat kota. Selain itu juga dibangun pabrik, pusat perdagangan, dan kawasan pertanian di sekitarnya. Tentu saja juga lembaga pendidikan dan kesehatan. Secara perlahan, mereka beradaptasi dengan kehidupan yang baru. Pendapatan mereka kini sudah jauh meningkat drastis, dari 500 yuan perkapita pada 1997 menjadi 11.976 yuan perkapita pada 2017. Jumlah mereka pun terus bertambah. Hingga kini ada 80 ribu pengusaha Fujian yang berinvestasi di Ningxia dengan nilai total 1,3 triliun yuan.

Semua bentuk sister city itu kini menjadi model tersendiri di Tiongkok, sehingga dikenal istilah Minning Rule atau Minning Method. Itulah karya Xi yang visioner dalam memberantas kemiskinan, membangun pemerataan ekonomi, dan memajukan taraf hidup.

Apakah Xi akan menjadi tokoh besar seperti Mao Zedong dan Deng Xiaoping? Baru-baru ini, pemerintah Tiongkok melarang novel Animal Farm, sebuah novel satir bergaya fabel karya George Orwell. Orwell atau bernama asli Eric Arthur Blair (1903-1950) adalah seorang yang membenci kediktatoran. Novelis Inggris itu menulis Animal Farm pada 1945. Pelarangan novel ini menjadi ironi tentang The Chinese Dream yang salah satunya berjargon demokrasi. Apakah komunisme akan selalu memunggungi demokrasi?

Yuan Zhibing dengan bungah bercerita tentang kesuksesan pembangunan kereta cepat di Tiongkok. “Panjang relnya 20 ribu kilometer. Jika Imlek, dalam satu bulan bisa mengangkut 3,5 miliar penumpang,” kata Dirjen IDCPC tersebut. Ya, Yinchuan-Beijing (1.206 km), dari pedalaman ke pusat Tiongkok hanya ditempuh dalam 5 jam. Jika dengan pesawat butuh waktu 2 jam, ya itu jarak Denpasar-Jakarta (1.181 km). “Kita jadi mudah melakukan mobilitas,” kata Li Ye, seorang pejabat di Ningxia. Ya, mobilitas. Itulah yang kini sedang dikebut Tiongkok, dan Xi Jinping menunggang di atasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement