Jumat 16 Mar 2018 13:44 WIB

FBI Sebut Peretas Rusia Serang Fasilitas Publik AS

Serangan peretas Rusia meluas dari jaringan listrik hingga transportasi udara.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Hacker (ilustrasi)
Foto: pixabay
Hacker (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC-- Pejabat pemerintah AS mengatakan peretas Rusia melakukan serangan luas di jaringan listrik AS. Selain itu, peretas menyerang perusahaan pengolahan air, fasilitas transportasi udara, dan infrastruktur penting lainnya.

Dilansir Bloomberg News, Jumat (16/3), peringatan itu merupakan pengumuman resmi pertama terkait serangan peretas Rusia terhadap fasilitas publik utama bagi jutaan warga AS. "Setidaknya pada Maret 2016, pelaku siber pemerintah Rusia telah menargetkan entitas pemerintah dan beberapa sektor infrastruktur penting AS, termasuk energi, nuklir, air dan penerbangan," ujar Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Biro Investigasi Federal (FBI).

Sektor manufaktur dan fasilitas komersial yang penting juga menjadi sasaran serangan siber pemerintah Rusia. "Serangan siber benar-benar terjadi ratusan ribu kali sehari. Peperangan yang terjadi di dunia maya itu nyata, ini serius, dan kita harus memimpin dunia," ujar Menteri Energi Rick Perry kepada anggota parlemen dalam persidangan.

Analisis bersama oleh FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri menggambarkan para peretas sebagai orang yang sangat canggih. Laporan pemerintah tidak mengatakan keberhasilan serangan tersebut.

"Peretas Rusia menargetkan jaringan fasilitas komersial kecil di mana mereka melakukan malware, phishing, dan mendapatkan akses jarak jauh ke jaringan sektor energi," ujar Departemen Dalam Negeri.

Peringatan pemerintah terhadap serangan siber Rusia tidak mencakup dugaan campur tangan negara tersebut dalam pemilihan presiden AS pada 2016. Sebuah laporan pada Oktober oleh para periset di Symantec Corp menghubungkan serangan tersebut ke sekelompok peretas yang diberi nama Dragonfly. Perusahaan mengaku menemukan bukti bahwa fasilitas infrastruktur penting di Turki dan Swiss juga telah diretas.

Periset Symantec mengatakan gelombang serangan sebelumnya oleh kelompok yang sama dimulai pada 2011. Serangan itu digunakan untuk mengumpulkan intelijen pada perusahaan dan sistem operasional mereka. Para peretas kemudian menggunakan informasi tersebut untuk gelombang serangan yang menargetkan sistem kontrol industri. Jika kontrol tersebut dinonaktifkan maka akan membuat jutaan orang hidup tanpa listrik atau air.

Pengungkapan ini terjadi di tengah meningkatnya permintaan dari anggota parlemen untuk meningkatkan perlindungan jaringan listrik AS. Senator Maria Cantwell, anggota Demokrat di Komite Energi dan Sumber Daya Alam, mendorong dilakukannya penilaian ancaman siber pada jaringan listrik tahun lalu. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan infrastruktur dalam melawan serangan potensial.

Pejabat intelijen AS telah lama khawatir tentang keamanan jaringan listrik negara tersebut. Serangan baru-baru ini, yang terjadi hampir bersamaan di berbagai lokasi, menguji kemampuan pemerintah untuk mengkoordinasikan respons yang efektif di antara beberapa utilitas swasta, pejabat negara bagian dan lokal, dan regulator industri. Banyak pembangkit listrik yang ditargetkan bersifat konvensional. Namun serangan tersebut mencakup setidaknya satu pembangkit tenaga nuklir di Kansas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement