Jumat 16 Mar 2018 15:11 WIB

Dua Pesan Khutbah Kiai Cholil di Hadapan Gubernur Anies

Orang yang benar-bebar bertaqwa tak pernah gentar dengan persepsi orang lain.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis
Foto: ROL/Fakhtar Khairon Lubis
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis menjadi khatib dalam pelaksanaan shalat Jumat di Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta, Jumat (16/3). Saat Kiai Cholil akan naik ke mimbar, tampak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan duduk di sebelahnya.

Karena itu, Kiai Cholil menyinggung soal kebangsaan di hadapan Anies dan jamaah shalat Jumat di Masjid Raya Pondok Indah. Dalam khutbahnya, Kiai Cholil mengulas firman Allah SWT Surat Ali Imran ayat 102 yang biasa dibaca khatib setiap Jumatan tapi acapkali tak diresapi. Dalam ayat itu, Allah memanggil orang-orang beriman dengan dua pesan untuk hidup di dunia dan bekal di akhirat.

Pesan pertama, yaitu taqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa. "Kalau riwayat Ibnu Abbas dalam mengartikan taqwa sebaik-baik taqwa ialah berjihad di jalan Allah dengan sebaik-baik jihad. Maka berjihad itu menebarkan kebaikan. Tak cukup hanya berupaya jadi orang baik (shalih) tapi juga harus memperbaiki (muslih)," ujar Kiai Cholil dalam khutbahnya di depan Anies.

Pimpinan Pondon Pesantren Cendikia Amanah ini menjelaskan, orang baik disenangi banyak orang tapi dengan menjadi pejuang kebaikan khususnya mencegah kemungkaran, menolak korupsi dan menjaga lingkungan dengan menolak reklamasi pasti akan banyak yang "nyinyir" dan memusuhi. Bahkan, kata dia pejuang itu akan diancam jiwanya.

"Orang yang benar-bebar bertaqwa tak pernah gentar dengan persepsi orang lain, bahkan dihadang pun ia siap menghadapinya. Tapi ingat seorang yang bertaqwa itu harus bisa berbuat adil untuk dirinya sendiri, kepada keluarganya dan kelompoknya. Bahkan kepada siapan pun dalam memimpinnya," ucap Kiai Cholil.

Kemudian, pesan kedua yang disampaikan Kiai Cholil yaitu janganlah engkau mati kecuali mati Islam. Namun, menurut dia, malaikat pencabut nyawa tak pernah kompromi dalam melaksanakan perintah Allah. "Bagaimana bisa mati Islam, wong malaikat yang mencabut nyawa tak pernah berdialog dan menawarkan cara matinya," kata Cholil.

Karena itu, lanjut dia, Ibnu Katsir mengutip dari Ali bin Tholhah menyebutkan bahwa hendaklah dipelihara cara hidup yang Islami dalam keadaan normal dan sehatnya agar mati dengan membawa Islam, bukan mati Islam. Sebab, kata dia, Allah SWT juga telah memberi hukum kausalitas bahwa cara hidup seseorang adalah pengantar terhadap kematiannya.

"Penyakit yang mengakibatkan pada kematian seseorang biasanya tak jauh-jauh dari gaya hidup dan profesi hidupnya," tuturnya.

"Karenanya mari kita peduli kepada orang lain saat hidup ini. Yang baik manusia hidup itu bukan karena dirinya memperoleh kesejahteraan tetapi manakala bisa bermanfaat kepada orang lain. Makin banyak memberi kebaikan kepada manusia, maka nilai hidup kita tambah berarti di mata Allah SWT," kata Kiai Cholil.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement