Jumat 16 Mar 2018 15:57 WIB

Anak-Anak Bali Antusias Jelang Pawai Ogoh-Ogoh

Ogah-ogah dalam Bahasa Bali berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Budi Raharjo
Pawai ogoh-ogoh di sepanjang Jalan Raya Pantai Kutai dan Legian menarik perhatian wisatawan.
Foto: Mutia Ramadhani
Pawai ogoh-ogoh di sepanjang Jalan Raya Pantai Kutai dan Legian menarik perhatian wisatawan.

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR -- Pawai ogoh-ogoh merupakan satu dari tiga ritual masyarakat Hindu Bali sebelum melaksanakan Catura Brata Penyepian. Ogoh-ogoh adalah patung aneka rupa simbol dari Bhuta Kala, yaitu unsur negatif, sifat buruk, dan sifat jahat dalam diri manusia.

Ogoh-ogoh diambil dari kata ogah-ogah yang dalam Bahasa Bali berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan. Wujudnya digambarkan raksasa dengan wajah dan tubuh menyeramkan. Patung-patung ini diarak beramai-beramai sekeliling desa menjelang senja hari di malam Pangrupukan, kemudian dibakar sebagai lambang pemusnahan roh-roh jahat di muka Bumi.

Pawai ogoh-ogoh di Bali digelar Jumat (16/3). Sejak pagi hari, ratusan ogoh-ogoh berjejer rapi di sisi kanan kiri jalan utama berbagai kabupaten kota.

Anak-anak muda Bali tergabung dalam sekaa teruna dan teruni - semacam karang taruna - mulai membuat ogoh-ogoh beberapa pekan sebelum Nyepi. Lokasi pawai ogoh-ogoh biasanya terpusat di seluruh jalan utama di Bali, seperti Patung Catur Muka Jalan Raya Puputan Denpasar, Jalan MH Thamrin, Jalan Gajah Mada, Monumen Ground Zero Kuta, Jalan Raya Kuta, Jalan Singosari, Pantai Kuta, hingga Bypass Ngurah Rai.

Pawai ogoh-ogoh dinikmati berbagai kalangan usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Pembuatan ogoh-ogoh ini salah satu cara melestarian tradisi dan budaya Bali menjelang Nyepi yang dikenalkan sejak usia dini.

Sekelompok anak dari Banjar Padang Udayana, Padangsambian, Kota Denpasar tampak mempersiapkan ogoh-ogoh andalan mereka. Kadek Anan (10 tahun) mengatakan dirinya bersama teman-temannya menyiapkan ogoh-ogoh berukuran sedang sekitar dua pekan lalu. "Kami juga dibantu kakak-kakak lainnya di banjar," katanya kepada Republika, Jumat (16/3).

Kadek mengaku sudah dilibatkan dalam pembuatan ogoh-ogoh oleh ayahnya sejak TK, meski hanya berupa ogoh-ogoh mini. Dia pun berharap cuaca Bali hari ini tetap cerah, sehingga pawai ogoh-ogoh di tempatnya berjalan lancar.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Denpasar mencatat setidaknya 688 ogoh-ogoh siap diarak di ibu kota Provinsi Bali tersebut. Saat ini masing-masing ogoh-ogoh dipajang di depan banjar atau lingkungan desa masing-masing.

Pengunjung yang melintas di sepanjang jalan Kota Denpasar umumnya berhenti sejenak untuk berswafoto atau mengabadikan sosok ogoh-ogoh menggunakan ponsel mereka. Antusiasi ini tidak hanya dirasakan masyarakat Hindu Bali, namun juga umat non-Hindu lainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement