REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel mengambil sikap keras atas pernyataan Menteri Dalam Negeri Jerman yang baru Horst Seehofer yang menggambarkan Islam bukan bagian dari Jerman dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Jumat (16/3). Pernyataan tersebut telah memicu kegaduhan politik setelah dua hari ia memasuki masa jabatan keempatnya.
Saat ditanya oleh media Jerman apakah masuknya migran Muslim dan para pencari suaka ke dalam puncak ekonomi Eropa selama beberapa dekade terakhir menunjukkan Islam kini termasuk dalam ikatan negara, Seehfer menjawabnya 'tidak'.
"Islam bukan bagian dari Jerman. Agama Kristen telah membentuk Jerman, termasuk Ahad sebagai hari raya gereja dan ritual seperti Paskah, Pentakosta, dan Natal. Muslim yang tinggal di antara kita secara alami adalah bagian dari Jerman. Tapi itu tentu saja tidak berarti kita, karena rasa hormat yang salah, harus mengorbankan tradisi dan kebiasaan kita," kata Seehofer.
(Baca Juga: Merkel: Islam Bagian dari Jerman)
Terkait ini, Merkel segera membantah pernyataan menteri tersebut. Ia mengatakan, terlepas dari akar Yahudi Yudeo-Kristen, lebih dari empat juta Muslim kini menciptakan rumah mereka di Jerman.
"Muslim adalah bagian dari Jerman dan dengan mereka, agama mereka, Islam, sama seperti bagian dari Jerman," kata Merkel kepada wartawan setelah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven, seperti dilansir di Khaleej Times, Sabtu (17/3).
Terlepas dari intervensi Merkel, pernyataan Seehofer kemungkinan akan terbukti memecah belah dalam koalisi besar sayap kiri-kanan. Hal itu hanya akan terjadi ketika para politikus Sosial Demokrat (SPD) yang bertentangan mendapatkan posisi di dewan setelah berbulan-bulan mengalami kelumpuhan politik.