Sabtu 17 Mar 2018 22:33 WIB

Turki Bantah Serang Rumah Sakit di Afrin

YPG dan Observatoriun Suriah menyebut 16 orang tewas di RS Afrin.

Tentara Turki mempersiapkan tank di pinggiran desa Sugedigi, Turki yang berbatasan dengan Suriah, 22 Januari 2018. AS menekan Turki menghentikan operasi di Afrin.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Tentara Turki mempersiapkan tank di pinggiran desa Sugedigi, Turki yang berbatasan dengan Suriah, 22 Januari 2018. AS menekan Turki menghentikan operasi di Afrin.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Militer Turki, Sabtu, membantah menyerang sebuah rumah sakit di Afrin, Suriah. Turki mengempur habis-habisan Afrin  selama hampir dua bulan untuk melawan pasukan YPG Kurdi.

YPG dan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sebuah serangan udara Turki mengenai rumah sakit utama kota Afrin pada Jumat malam. Serangan menewaskan 16 orang.

"Laporan bahwa angkatan bersenjata Turki mengebom sebuah rumah sakit di Afrin salah, " kata militer Turki di Twitter.  Turki, kata Militer, sedang melakukan kampanye dengan cara yang tidak akan menyakiti warga sipil.

 

Baca juga,  Ini Jawaban Assad Atas Operasi Militer Turki di Afrin.

 

 

Sejak meluncurkan seran gan daratnya di wilayah Afrin pada Januari, militer Turki telah mendorong kekuatan YPG mundur dari perbatasan Turki dan maju di sisi barat dan timurkota Afrin itu sendiri.

Seorang juru bicara kantor hak asasi manusia Perserikata n Bangsa Bangsa mengaku memiliki laporan yang sangat mengkhawatirkan bahwa warga sipil terbunuh dan terluka diAfrin, dan warga Kurdi mencegah warga sipil untuk pergi.

Pekan lalu, seorang pejabat tinggi Kurdi Suriah menuduh Turki menempatkan keluarga Turkmen dan Arab di desa-desa yang direbut dalam kampanye tentara Turki di wilayah Kurdi, Afrin.

Seorang pejabat senior Turki mengatakan tuduhan itu "benar-benar salah".Turki melancarkan serangan besar di wilayah Suriah barat  laut pada bulan Januari, yang bertujuan untuk mengusir milisi YPG Kurdi.

Redur Xelil, kepala hubungan luar negeri di Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah aliansi milisi yang didominasi YPG, mengatakan bahwa Turki sedang melakukan kebijakan "perubahan demografis" di wilayah tersebut.

"Pemerintah Turki menempatkan keluarga Turkmen dan Arab di desa Afrin yang diduduki setelah memaksa pergi orang-orangnya dan mendistribusikan barang-barang milik orang-orang Afrin ke pemukim baru," katanya dalam sebuah pesan tertulis kepada Reuters.

Pejabat senior Turki tersebut mengatakan: "Klaim bahwa orang-orang Arab dan Turkmen ditempatkan di Afrin benar-benar salah ... Pengalihan populasi ke wilayah tersebut untuk mengubah struktur demografis tidak mungkin."

Turki memandang YPG sebagai perpanjangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan tiga dekade di Turki dan didaftar sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Turki.

Amerika Serikat menganggap YPG sebagai mitra berharga dalam perang melawan militan IS di Suriah utara

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement