REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Militer Suriah mengumumkan gencatan senjata sepihak selama 24 jam di Kota Harasta yang dikuasai gerilyawan di Ghouta Timur, Sabtu (17/3).
Media Perang, sayap media militer Suriah dalam pernyataan mengatakan gencatan senjata yang tak terduga tersebut berlaku pada pukul 15.00 waktu setempat dan berlangsung selama 24 jam. Gencatan senjata tersebut bertujuan mengizinkan warga sipil mengungsi dari daerah di Ghouta Timur, pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus, melalui koridor kemanusiaan yang diciptakan belum lama ini di dekat daerah sumber air di Harasta.
Dari Harasta saja, 170 warga sipil pergi dan dibawa ke tempat penampungan sementara di dekat Damaskus. Warga sipil mengungsi dari daerah yang dikuasai kelompok gerilyawan Failaq Ar-Rahman di bagian tenggara Ghouta Timur menuju daerah yang dikuasai pemerintah melalui Daerah Hamouriyeh yang direbut baru-baru ini oleh militer.
Ghouta Timur, wilayah pertanian seluas 105 kilometer persegi yang terdiri atas beberapa kota kecil dan lahan pertanian, menimbulkan ancaman terakhir terhadap ibu kota Suriah karena kedekatannya dengan permukiman yang dikuasai pemerintah di Damaskus Timur dan serangan mortir yang berlangsung serta ditujukan ke daerah permukiman di Damaskus, sehingga mendorong warga ke ambang bahaya.
Empat kelompok utama gerilyawan saat ini berada di Ghouta Timur, yaitu Tentara Islam, Failaq Ar-Rahman, Ahrar Ash-Sham dan Komite Pembebasan Levant yang dikenal dengan nama Front An-Nusra, yang memiliki hubungan dengan Alqaidah. Lembaga kemanusiaan PBB telah menyampaikan kekhawatiran mengenai situasi kemanusiaan yang bertambah buruk buat 400 ribu orang di wilayah itu, tempat pegiat mengatakan sebanyak 1.000 orang telah tewas sejak penghujung Februari akibat pengeboman gencar dan operasi milter di daerah Ghouta Timur.