Ahad 18 Mar 2018 16:16 WIB

Generasi Muda Dinilai Minim Akses Belajar Wayang

Padahal pelestarian budaya akan berkolerasi positif dengan kesejahteraan masyarakat.

Rep: Rizky Suryarandhika/ Red: Angga Indrawan
Penampilan wayang ajen di Taman Bakti Kota Banjar, Jawa Barat, Sabtu (17/3) malam.
Foto: Rizky Suryarandhika/Republika.
Penampilan wayang ajen di Taman Bakti Kota Banjar, Jawa Barat, Sabtu (17/3) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJAR -- Pelestarian kesenian wayang amat dibutuhkan seiring semakin minimnya pelaku seni wayang. Salah satu faktor sulitnya regenerasi pewayang ialah sulitnya generasi muda mengakses belajar wayang.

Hal tersebut disampaikan dalang wayang ajen Ki Wawan Gunawan saat menggelar pertunjukan wayang ajen di Kota Banjar, Jawa Barat, Sabtu (17/3) dengan dukungan Kementerian Pariwisata. Menurutnya, generasi muda bukan tidak mau belajar wayang. Hanya saja generasi muda kesulitan mengakses untuk belajar wayang.

"Tidak benar kalau anak muda tidak suka kesenian, mereka suka kok, belum tentu tidak suka. Buktinya ini datang ramai anak muda. Ternyata mereka tidak ada ruang dan waktu. Harusnya dikasih, seperti yang dilakukan Kemenpar," katanya pada wartawan.

Ia berharap konsep modern yang ditawarkan wayang ajen bisa menggugah generasi muda. Wayang ajen sendiri menggunakan tata cahaya, musik dan latar visual modern agar menyesesuaikan dengan kemajuan zaman.

"Wayang zaman now, bagaimana branding wayang golek sunda. Bagaimana generasi muda pandang wayang itu enggak cuma kesenian biasa, jadi bisa dikembangkan dan dimanfaatkan," ucapnya.

Menurutnya, pelestarian budaya akan berkolerasi positif dengan kesejahteraan masyarakat. Misalnya pengembangan budaya di suatu kawasan akan mendatangkan wisatawan yang tentunya menggeliatkan ekonomi di kawasan tersebut.

"Bagaimana manfaatkan budaya dan kesenian jadi kesejahteraan masyarakat. Budaya makin lestari maka masyarakat makin sejahtera," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement