REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI telah menyusun beberapa program peningkatan sistem keamanan untuk meminimalisasi aksi pembobolan dana nasabah. BRI bakal mempercepat penggunaan kartu debit berteknologi chip hingga autentikasi biometrik.
Peningkatan keamanan perlu dilakukan menyusul maraknya aksi pembobolan dana nasabah. BRI menjadi salah satu bank yang menjadi korban pembobolan dana melalui skema skimming atau penggandaan data nasabah.
Direktur Digital Banking dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo menargetkan dapat melakukan migrasi kartu debit ke chip sebanyak 30 persen dari total 60 juta kartu debit BRI pada tahun ini. Migrasi perlu dilakukan secara bertahap karena harus dibarengi dengan penggantian teknologi di mesin anjungan mesin tunai (ATM).
Sesuai arahan Bank Indonesia, semua kartu debit harus menggunakan teknologi chip paling lambat pada 2021. "Namun dengan adanya kasus ini (skimming di Kediri), kita harus melakukan penggantian kartu secepat mungkin," kata Indra di Bandung, Sabtu (17/3).
Menurut dia, teknologi chip dapat meminimalisasi aksi pencurian data nasabah. Sebab, sindikat pelaku pembobolan dana nasabah melakukan aksi skimming dengan menggunakan alat yang dapat menarik data dari magnetic stripe atau pita magnetik yang ada di kartu.
Saat ini, semua kartu BRI masih menggunakan pita magnetik. Meski begitu, tegas dia, setiap ATM BRI sebenarnya sudah dilengkapi teknologi anti-skimming. "Tapi memang harus kami tingkatkan lagi teknologinya."
Menurut Indra, BRI sudah melakukan uji coba penambahan alat anti-skimming di Bandung. Dengan adanya perangkat itu, kartu debit dipastikan tidak bisa digunakan untuk bertransaksi jika ada alat skimming yang terpasang di ATM. "Begitu kartu dimasukkan, dia akan keluar lagi," katanya.
Dalam jangka panjang, BRI ingin memanfaatkan teknologi biometrik dalam proses autentikasi transaksi nasabah. Pengunaan biometrik diyakini bisa meningkatkan keamanan karena harus menggunakan identitas nasabah seperti sidik jari dan retina mata.
BRI sudah mengkomunikasikan hal tersebut kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut dia, OJK memberikan sinyal positif.
Namun, proses autentikasi dalam transaksi perbankan harus memilki standar dan perangkat tersendiri. "Insya Allah BRI akan memulainya," kata Indra.