Senin 19 Mar 2018 18:33 WIB

Masjid Banya Bashi Salah Satu Karya Minar Sinan

Kemegahan sempurna telihat pada bagian dalam masjid.

Masjid Banya Bashi
Masjid Banya Bashi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain susunan batu bata dan menara, unsur lain yang tidak kalah megah pada bangunan ini ialah eksotisme kubah. Masjid Banya Bashi yang jika dilihat dari luar kejauhan berbentuk tiga tumpukan ini memiliki empat kubah.

Kubah utama pada masjid ini hampir menutupi seluruh badan masjid. Sementara, tiga kubah lainnya yang berukuran lebih kecil berjajar di tumpukan pertama yang membentuk sebagai simbol struktur organisasi kekuasaan pada sistem monarki.

Bentuk kubah seperti demikian merupakan gaya arsitektur masjid Timur Tengah. Sehingga, bagi siapa saja yang melihatnya mudah menyebut bahwa bangunan itu merupakan sebuah tempat umat Islam memanjatkan doa ketika shalat. Maklum, di wilayah ini tempat sakral umat Islam masih perlu sedikit tertutup jika ingin tetap bertahan.

Kemegahan sempurna telihat pada bagian dalam masjid. Semua unsur yang ada di bagian dalam masjid ini memiliki kesan mewah dengan balutan ukiran-ukiran yang rumit.

Misalnya, salah satu unsur mewah pada Masjid Banya Basi ini adanya susunan pecahan keramik atau mozaik yang membentuk kaligrafi secara sempurna. Seni mozaik dengan warna corak putih biru ini hampir menutupi setiap dinding masjid yang menggunakan lengkungan setengah lingkaran.

Desain lengkung setengah lingkaran menghiasi bagian luar pintu masuk menuju ke ruangan shalat. Selain seni, desain lengkungan yang mendominasi bagian dinding-dinding masjid digunakan sebagai ventilasi untuk keluar masuk udara.

Masjid Banya Bashi merupakan salah satu karya arsitek resmi Kerajaan Turki Utsmani, Kodja Mimar Sinan. Sinan memang dikenal hingga saat ini berkat karya-karya arsitekturnya yang hebat.

Ia hidup dalam masa empat era kepemimpinan sultan, yakni Salim I, Sulaiman I, Salim II, dan Murad III. Selama masa hidupnya, tak kurang dari 476 karya arsitektur tercetus dari kejeniusan Sinan.

sumber : Islam Digest Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement