Selasa 20 Mar 2018 00:08 WIB

Produk Halal Bukan Hanya untuk Muslim, Ini Alasannya

Produk halal memiliki prioritas dalam hal penanganan higienis.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Halal, ilustrasi
Halal, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DAVAO -- Masih banyak orang berpikir, makanan bersertifikasi halal hanya untuk Muslim. CEO dan Direktur Pengaturan MS3 Agri-Ventures, Neil Santillan (Abdul Kareem), beranggapan yang disebut makanan halal, yakni memiliki prioritas penanganan higienis atas banyak hal. Hal itu membuat makanan halal juga ideal untuk non-Muslim.

Dilansir di SunStar pada Ahad (18/3), hanya ada sedikit produsen produk kakao halal di Kota Davao. Salah satunya, yakni MS3 Agri-Ventures yang memproduksi roti halal, bubuk, nib, dan teh.

Belakangan, perusahaan tersebut meluncurkan cokelat hitam halal yang tersedia dalam berbagai komposisi, yakni 50 persen, 65 persen, dan varietas 75 persen. Cokelat yang memiliki komposisi 50 persen disebut Bonchoc atau Bean of Nature Chocolate.

Santillan mengatakan, proses pembuatan cokelat halal tak luput dari prosedur halal ketat. Mulai dari fermentasi bahan baku, produksi, kemasan, hingga logistik. "Tujuan utama proses halal sebenarnya adalah cara yang bersih," kata dia.

Santillan mengatakan, sebelum proses produksi, perusahaan mengevaluasi dari mana asal bahan baku itu. Kemudian, selama produksi, bahan bakunya tidak boleh terlalu lama dipanggang. Sebab, hal itu menyebabkan hilangnya nutrisi kakao.

Apa yang bisa dilakukan jika kehilangan nutrisinya? Santillan mengaku, perusahaan juga mempertimbangkan nilai gizi bahan baku saat membuat makanan halal.

Selain fermentasi dan pengolahan, ia mengatakan, perusahaan juga membeli bahan kemasan dari sumber bersertifikat halal. Saat ini, bahan kemasan berasal dari Metro Ace, sebuah perusahaan yang berbasis di Davao yang mengkhususkan diri pada produk kemasan halal. Ia mengatakan, membeli di Metro Ace meyakinkan bahwa bahan tersebut telah diperiksa dengan benar untuk menghindari adanya kontaminasi.

Kemudian, ia melanjutkan, ruang penyimpanana produk yang sudah dikemasan harus halal. "Sebelum kargo masuk ke dalam gudang atau tempat penyimpanan, sebaiknya cuci umum untuk menghindari kontaminasi," ujar dia.

Tak berhenti di sana, Santillan juga memantau pengangkutan produk. Ia ingin menggunkan kendaraan pengangkut eksklusif untuk produk halal saja.

Sentillan memastikan produk-produknya aman dikonsumsi Muslim dan non-Muslim, terutama karena kepatuhan ketat terhadap protokol penanganan higienis. Kendati pasar untuk produk halal sangat besar, Santillan mengatakan, tak mudah melakukan penetrasi bisnis. Sebab, evaluasi menyeluruh diperlukan untuk memastikan makanan, produk atau layanan memang halal.

"Auditor memeriksa area Anda, gudang untuk memastikan Anda bisa mendapatkan sertifikat halal. Tidak sesederhana itu hanya menggunakan logo halal. Ini melalui sertifikasi perusahaan dan agensi," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement