REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Miracle Village adalah satu tempat yang jauh dan terasing di Florida Selatan, Amerika Serikat, sekitar dua mil dari pusat kota Florida. Desa ini merupakan tempat tinggal lebih dari 200 mantan pelaku kriminal pelecehan seksual. Mereka tinggal di bungalow yang rapi dengan halaman terawat.
Hampir setengah dari populasi desa ini adalah pelaku kejahatan seksual. Banyak dari mereka baru dibebaskan dari penjara dan masih dalam masa percobaan bebas. Mereka di antaranya adalah pelaku kejahatan seks terhadap anak-anak di bawah umur, pemerkosa anak sendiri, pelaku pornografi atau mereka yang mengajak berhubungan seksual kekasih masih di bawah umur.
Pemerintah Kota Florida sangat konsen dengan pelaku kejahatan seksual. Kebanyakan pelaku umumnya menganggap masalah mereka selesai begitu keluar dari penjara, namun tidak berlaku di Florida. Aturan hukum Florida mengharuskan mereka hidup dan tinggal minimal 1.000 meter dari sekolah, taman kota, bahkan halte bus terdekat, karena anak-anak bisa saja berkumpul di sana.
Akibat dari aturan ketat ini, ratusan pelaku kejahatan seksual di Florida menjadi tunawisma, hidup di bawah jembatan, atau di padang gurun. Nah, Miracle Village ini didirikan untuk memungkinkan mantan penjahat tetap bisa hidup manusiawi setelah bebas dari penjara.
Dilansir dari Amusing Planet, Selasa (20/3), desa ini pertama kali dibangun 1960 dan awalnya adalah kompleks rumah petani perkebunan tebu di sekitarnya. Bangunan di sini kemudian dikonversi pada 2009 oleh Pendeta Dick Witherow. Dia adalah pendeta yang hampir didakwa pelaku perkosaan karena pada saat remaja sempat memacari dan menghamili kekasihnya yang masih 14 tahun. Hakim untungnya tidak menjatuhi hukuman denda padanya dan mereka pun bisa menikah.
Miracle Village kini sudah menjadi desa mandiri. Di sini ada komunitas dan konseling gereja untuk mengembalikan psikologis mantan pelaku kejahatan seksual. Meskipun Miracle Village diapresiasi banyak pihak, tetap saja menuai kritik, terutama dari penduduk setempat yang non-penjahat. Mereka memprotes bahwa sudah terlalu banyak mantan pelaku kejahatan seksual hidup di lingkungan mereka.
Edgar Walford, seorang pensiunan yang pindah ke desa tersebut sebelum dikonversi menjadi desa penampungan mantan pelaku kejahatan seksual mengaku menemukan masyarakat yang damai.
"Mereka orang-orang baik. Aku punya banyak teman di sini," ujar Walford.