Selasa 20 Mar 2018 17:44 WIB

Film Kartini Diputar di Markas PBB

Film Kartini diputar dalam pertemuan tahunan merayakan hari perempuan internasional.

Red: Nur Aini
Dian Sastrowardoyo dan Christine Hakim, pemeran di film biopik Kartini.
Foto: Republika/Rizkyan Adiyudha
Dian Sastrowardoyo dan Christine Hakim, pemeran di film biopik Kartini.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyelenggarakan pemutaran film berjudul Kartini di Markas Besar PBB di New York, pada Senin (19/3). "Film Kartini diputar di PBB untuk menunjukkan kepada berbagai negara di dunia mengenai perjuangan dan kemajuan perempuan Indonesia untuk mendorong emansipasi dan pemberdayaan perempuan," kata Wakil Tetap RI untuk PBB Dubes Triansyah Djani melalui keterangan tertulis, Selasa (20/3).

Pemutaran film Kartini yang menggambarkan sejarah perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan Indonesia diputar bersamaan dengan pertemuan "Commission on the Status of Women" (CSW) ke-62 yang berlangsung selama dua pekan di Markas Besar PBB New York sejak 12 Maret 2018. Sutradara film Kartini, Hanung Bramantyo juga hadir pada pemutaran film di PBB untuk berdiskusi dengan delegasi berbagai negara yang berpartisipasi pada CSW.

"Saya senang dengan sambutan hangat delegasi CSW terhadap film Kartini, dan berharap dapat jadi inspirasi untuk semakin mendorong perjuangan perempuan di berbagai negara untuk mencapai kesetaraan dengan laki-laki," kata Hanung.

Pemutaran film ini merupakan salah satu inisiatif PTRI New York di sela-sela CSW62 untuk menyampaikan berbagai capaian nasional dalam mengatasi tantangan yang dihadapi perempuan melalui penguatan kerangka hukum, akses ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta pemanfaatan IT. Acara tersebut juga memiliki makna lebih dalam kerangka kampanye yang sedang dilakukan Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Kemanan PBB periode 2019-2020.

"Perempuan Indonesia bahkan turut aktif memupuk budaya damai di berbagai belahan dunia, khususnya melalui misi-misi penjaga perdamaian PBB," kata Dubes Djani. Pertemuan Commission on the Status of Women merupakan pertemuan tahunan PBB yang dilaksanakan setiap Maret, sejalan dengan peringatan International Women's Day yang jatuh setiap 8 Maret. CSW62 dihadiri 87 menteri dan pejabat tinggi dari 163 negara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement