Selasa 20 Mar 2018 19:51 WIB

Saat Kiai Said Bicara Harga Pangan

Disparitas harga menjadi faktor penyebab umat selalu berada di garis kemiskinan.

Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj
Foto: Ist
Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Disparitas harga pangan yang terjadi di tingkat petani dan konsumen menjadi sorotan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Dr KH Said Aqil Siroj. Pasalnya, disparitas harga ini menjadi faktor yang menyebabkan umat selalu berada di garis kemiskinan.

Seperti harga bawang merah dan cabai yang cukup jauh antara harga di tingkat petani dan harga tingkat konsumen. "Banyak umat menanam cabai dan bawang merah, harga di petani hanya Rp 8.000 per kilogram, tapi di konsumen sangat tinggi mencapai Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram," katanya saat acara "Road To Pesantren Agro", dilansir siaran pers yang diterima Republika.co.id.

Acara ini diselenggarakan Nahdlatul Ulama bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Desa, dan Daerah Tertinggal serta beberapa Bank BUMN di Gedung PBNU pada Senin (19/03) siang.

Menurut Kiai Said Aqil, banyak biaya yang mereka keluarkan saat menanam, tetapi ketika panen dihadapkan dengan harga jual yang cukup rendah sehingga dipastikan rugi. Solusinya, kata dia, adalah tata kelola perdagangan pangan harus diperbaiki, rantai pasok pangan dari petani ke konsumen harus dipangkas sehingga harga di petani tidak jatuh dan harga di konsumen tidak terlalu tinggi. "Ini harus dilakukan agar upaya menyejahterakan umat benar-benar terwujud," katanya.

Karena itu, NU terus mendorong pemerintah agar terus bekerja keras memakmurkan masyarakat Indonesia. Kerja keras untuk masyarakat tentu memberikan dampak positif untuk masyarakat.

Di sisi lain, Kiai Said Aqil mengakui kebijakan pangan di bidang produksi saat ini mampu menyentuh masyarakat yang paling kecil dan bawah. Problem strategi ini memang tidak mudah, tetapi harus tetap ditemukan. Tantangan yang tidak sederhana karena manfaatnya akan dirasakan masyarakat luas.

"Pemerintah sudah lama mencari pola efektif membangun masyarakat. Pak Amran sudah mulai menemukan caranya. Bismillah, teruskan dan semoga Bapak selalu dalam ridha Allah," kata Kiai Said Aqil sambil menepuk tangan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman yang ada di sampingnya.

Kementerian Pertanian pada tahun ini kembali bekerja sama dengan PBNU. Kiai Said Aqil menilai langkah terobosan Mentan ini sudah lama ditunggu masyarakat petani. Menurut dia, sektor pertanian selalu dikalahkan situasi dan kondisi. Petani sudah lama tertindas, tetapi masih tegar menggeluti profesinya.

"Saya senang melihat kerja konkret yang berpihak. Petani butuh air, disiapkan. Begitu pun butuh traktor, dikasih. Butuh benih, dibantu. Inilah fungsi pemerintah yang efektif," kata Kiai Said Aqil.

Sementara itu, Amran mengungkapkan, tujuan kerja sama Kementan dengan PBNU guna meningkatkan kesejahteraan ummat, mengentaskan kemiskinan, dan mendorong ekspor. Ke depan, kerja sama ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Kalau ingin pertumbuhan ekonomi kuat, kita dorong ekspor dan investasi. Ekspor naik, investasi akan ikut bergerak. Karena akan berdiri pabrik-pabrik di daerah-daerah. Sekarang ini ada pembangunan gudang kapasitas 3 juta ton di seluruh Indonesia. Ini salah satu upaya nyata memotong rantai pasok harga di petani tidak jatuh ketika panen," kata Amran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement