Selasa 20 Mar 2018 19:52 WIB

Cerita di Balik Alasan Mochtar Riady Membangun Rumah Sakit

Dalam kurun 12 tahun, Mochtar Riady harus kehilangan enam anggota keluarganya.

Rep: Maman Sudiaman/ Red: Angga Indrawan
RS Syubbanul Wathon. Chairman Lippo Group Mochtar Riady, menyampaikan sambutan menjelang Topping Off RSU Syubbanul Wathon di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (20/3).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
RS Syubbanul Wathon. Chairman Lippo Group Mochtar Riady, menyampaikan sambutan menjelang Topping Off RSU Syubbanul Wathon di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, TEGALREJO -- Pendiri Lippo Grup Mochtar Riady membeberkan alasan mengapa dirinya begitu ekspansif membangun sejumlah rumah sakit di beberapa kota di Tanah Air ini. Baginya, puluhan rumah sakit yang dibangun Grup Lippo saat ini tak lepas dari pengalaman getirnya semasa dirinya tinggal bersama keluarga besarnya di Batu, Malang, Jatim.

 

Baginya, keberadaan rumah sakit adalah sarana layanan kesehatan yang mutlak berada di tengah-tengah masyarakat. Namun apa jadinya jika akses memanfaatkan sarana dan layanan kesehatan itu tak ada? Sayangnya, pengalaman pahit itu justru dialaminya sendiri.

 

Bayangkan saja, cerita lelaki berusia 89 tahun ini, dalam kurun 12 tahun dia harus kehilangan enam anggota keluarganya. Pertama saat dirinya berusia tujuh bulan sang kakek meninggal dunia. Kemudian di usia 7 tahun, dia harus kehilangan neneknya. Saat Mochtar Riady kecil yang saat itu berusia 9 tahun, ibunya meninggal dunia setelah melahirkan adiknya. Selanjutnya selama dua tahun berturut-turut tiga adiknya meninggal dunia.

 

"Kalau pun ada rumah sakit, saat itu perjalanan sangat jauh," cerita Mochtar pada acara topping off pembangunan Rumah Sakit Umum (RSU) Syubbanul Wathon di Desa Purwosari, Kecamatan Tegalrejo, Magelang, Selasa (20/3).

 

Hadir dalam acara tersebut, CEO Lippo Grup James Riady, Sekjen PB NU Helmy Faishal Zaini, Ketua Bidang Pendidikan PBNU M Nuh, Ketua Yayasan Syubbanul Wathon Yusuf Chuodiri, Komisaris Lippo Grup The Sambuaga, Sekdaprov Jateng, Sri Puryono serta pejabat di wilayah Kabupaten Magelang. 

 

Baca: Lippo Grup Dirikan Rumah Sakit Bersama PBNU di Magelang

 

Dari pengalaman pahit itulah, lanjutnya, dia bertekad membangun rumah sakit hingga ke pelosok. Dia berpendapat, salah satu faktor kemiskinan juga lantaran akses dan layanan kesehatan yang kurang. Meski diakuinya selama 16 tahun mengembangkan rumah sakit belum memberikan keuntungan bagi grup usahanya. "Bahkan rugi," ucapnya.

 

Namun, keinginan kuat untuk memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat terus berkobar. Cukup tiga jurus yang diperlukan dalam pengembangan rumah sakit. Jurus pertama, pengelolaan rumah sakit mengacu pada Joint Commision Interntional Acreditation dari Amerika Serikat atau standar keselamatan bagi pasien. Kedua, rumah sakit mesti memenuhi tandar kenyamanan layanan mirip Singapore Airlines. Ketiga, RS dengan harga layanan terjangkau seperti produk makanan McDonald.

 

Dengan ketiga jurus tadi, katanya, Siloam  menjadi rumah sakit  swasta pertama yang terima pasien  BPJS. "Kami memiliki kualitas layanan  bintang 5, harga BPJS,” kata Mochtar.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement