Selasa 20 Mar 2018 23:00 WIB

'Jokowi Jangan Pilih Cawapres Hanya karena Elektabilitas'

Siti Zuhro menilai tugas dan kemampuan cawapres harus betul-betul diperhitungkan.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andri Saubani
Peneliti Senior LIPI R Siti Zuhro.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Peneliti Senior LIPI R Siti Zuhro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan pemilihan capres maupun cawapres oleh partai pengusung jangan sekadar memperhitungkan jumlah suara. Ia menilai tugas dan kemampuan cawapres harus betul-betul diperhitungkan.

Saat ini, nama calon presiden yang paling kuat sebagai capres adalah Joko Widodo (Jokowi). Sejumlah nama pun sering disebut berbagai pihak untuk menjadi cawapres mendampingi petahana tersebut.

Dua nama yang terakhir disebut oleh lembaga survei Indo Barometer adalah Ketua Umum PBNU Said Aqil dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin. Terkait hal tersebut, Siti Zuhro pun mempertanyakan apakah kedua nama itu benar-benar sesuai menjadi wakil presiden atau hanya sebagai pengumpul suara.

"Ini mencari wakil presiden atau mencari vote gather? Kalau yang dicari semata-mata pengumpul suara, nanti setelah menang goodbye, lalu tidak diberikan tugas-tugas penting," kata Siti, ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (20/3).

Menurut Siti, wakil presiden nantinya seharusnya merupakan seseorang yang melengkapi tugas presiden. Bukan sekadar sosok yang mampu meningkatkan elektabilitas dari capres yang diusung suatu partai.

Siti kemudian mencontohkan yang dilakukan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilu 2009. Ia memilih Budiono sebagai wakilnya, karena ingin membagi tugas dalam bidang ekonomi sementara dirinya lebih berfokus dalam memimpin negara.

Memenangkan pilpres, kata Siti, yang menentukan menang kalah adalah calon presidennya. Adapun,  cawapres hanya menyempurnakan kerja dan tidak menjadi faktor nomor satu. "Ternyata SBY tidak lanjut dengan JK, dan ketika pecah kongsi dia dengan sangat meyakinkan memilih sendiri dan menang," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement