Rabu 21 Mar 2018 09:07 WIB

Menanti Dialog Cerdas Amien-Luhut

Dialog untuk memperkaya khazanah publik berjalan tidaknya reformasi agraria.

Rep: Amri Amrullah, Umar Mukhtar, Farah Noersativa/ Red: Elba Damhuri
Amien Rais
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Amien Rais

REPUBLIKA.CO.ID Pernyataan Amien Rais soal 'pengibulan' bagi-bagi sertifikat tanah untuk menutupi penguasaan tanah oleh segelintir orang bak bola salju yang terus menggelinding. Persoalannya bukan cuma pada kritik Amien terhadap pemerintahan Joko Widodo, tetapi cara membalas kritik itu yang menyulut perdebatan.

Menko Kemaritiman Luhut B Panjaitan tidak terima dengan kritik Amien soal 'pengibulan' bagi-bagi tanah itu. Luhut menegaskan, program sertifikat tanah itu terus berjalan dan tidak ada pembohongan di situ.

Luhut meminta 'senior-senior' untuk tidak asal bunyi dalam berbicara. "Dia kan 70 tahun, saya 71 tahun juga," kata Luhut. Ia menegaskan, pemerintah tidak antikritik, tetapi meminta agar kritik yang disampaikan kritik yang membangun. Luhut mengaku memiliki rekam jejak sosok yang disebutnya senior dan berusia 70 tahun itu.

Luhut kemudian mengatakan, "Jangan asal kritik saja. Saya tahu track record-mu kok. Kalau kau merasa paling bersih, kau boleh ngomong. Dosamu banyak juga kok, ya sudah diam sajalah. Tapi jangan main-main, kalau main-main kita bisa cari dosamu kok. Emang kau siapa?”

Hal ini yang kemudian menimbulkan respons beragam. Sejumlah kalangan menilai Luhut bukannya menjawab kritik dengan data dan fakta, tetapi malah menebarkan ancaman kepada tokoh reformasi itu.

Pemuda Muhammadiyah menyayangkan gagapnya Luhut saat menerima kritik dari tokoh sekelas Amien Rais. Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menilai pernyataan Luhut yang mengancam pengkritik pemerintah sebagai sikap yang tidak elok.

Bahkan, kritik siapa saja kepada pemerintahan tidak pantas dijawab dengan ancaman akan mencari dosa-dosa sang pengkritik. Amien sejak zaman Soeharto konsisten melakukan kritik terhadap penguasa, dengan gayanya yang ceplas-ceplos.

Untuk melihat apakah benar kritik Amien kepada pemerintah ini hanya asal-asalan tanpa fakta, Pemuda Muhammadiyah siap memfasilitasi debat dan dialog terbuka keduanya.

Dialog terbuka ini yang kemudian menjadi viral di media sosial dengan tagline "Bapak Reformasi versus Bapak Reklamasi". Banyak kalangan juga ingin supaya digelar saja dialog terbuka yang cerdas antara Amien dan Luhut.

Ancaman tidak akan menyurutkan Amien Rais untuk terus mengkritik pemerintah. Hanya dialog yang bisa meyakinkan Amien apakah pernyataan dia keliru atau program reformasi agraria pemerintah yang cuma pepesan kosong.

Amien mempersoalkan reformasi agraria yang berjalan di tempat, yakni tidak ada terobosan untuk mengatasi penguasaan mayoritas tanah oleh segelintir orang. Lebih dari 70 persen tanah dikuasai sedikit orang. Hal ini yang menjadi pertanyaan dan kritik Amien kepada pemerintah.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin mengimbau Amien dan Luhut untuk saling memaafkan. "Saling memaafkan adalah sikap kesatria dan negarawan," kata Din.

Din mengimbau keduanya untuk tidak saling mengancam dalam berkehidupan bangsa dan bernegara di Indonesia. Sikap saling mengancam, dia melanjutkan, berpotensi mengganggu kerukunan bangsa. Sikap ancam-mengancam adalah ekspresi otot yang sangat potensial mengganggu kerukunan bangsa, apalagi kalau masing-masing saling membuka aib dan kesalahan.

Karena itu, menurut Din, akan lebih baik kalau keduanya menunjukkan sikap saling memaafkan, yang sekaligus dapat memperlihatkan sikap negarawan. Hal ini ditujukan agar kerukunan bangsa bisa kembali bersatu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement