REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemeritah Korea Utara (Korut) menolak anggapan jika sanksi internasional yang telah memaksa mereka untuk berunding dengan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel). Korut mengatakan, pertemuan itu mereka lakukan dengan sukarela.
"Dialog perdamaian dari DPRK adalah ekspresi kepercayaan diri karena telah memperoleh semua yang diinginkannya," kata pemerintah kepada kantor berita Korut, KCNA seperti diwartakan BBC, Rabu (21/3).
Korut menyebut omong kosong jika pembicaraan itu merupakan hasil dari sanksi dan tekanan internasional. Mereka mengatakan, opini tersebut merupakan ekspresi sempit untuk merendahkan kondisi saat ini. KCNA juga menyebut jika anggapan itu merupakan pikiran pendek terkait motif Korut.
Meski sepakat untuk berunding, kedua negara termasuk Korsel belum menetapkan waktu pasti terkait pertemuan tersebut. Lokasi pertemuan hingga saat ini juga masih belum ditentkan. Ketiga negara hanya sepakat jika pertemuan akan digagas pada Mei nanti.
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined index: internasional
Filename: helpers/all_helper.php
Line Number: 4248
KCNA menyebut pertemuan tersebut merupakan sebuah ajakan perdamaian. Lebih jauh, negosiasi itu juga akan menjadi pertanda datangnya perubahan antara hubungan Korut dan AS. Hal ini juga akan menjadi pertemuan perdana Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un.
Pertemuan AS dan Korut berhasil digagas setelah delegasi Korsel bertemu Kim Jong-un di Pyongyang. Kim lantas mengirim pesan kepada Trump untuk bertemu membicarakan nuklir. Undangan tersebut kemudian diterima oleh Gedung Putih.
Mengawali pertemuan itu, Presiden Korsel rencananya bertemu lebih dulu dengan Kim Jong-un akhir bulan ini. Dia mengatakan, pertemuan tiga arah antara AS, Korsel dan Korut mungkin terjadi. "Pertemuan Korut dan AS akan menjadi catatan bersejarah tersendiri. Melihat proses yang ada, itu mungkin menuntun pada pertemuan tiga arah," katanya.
Menurutnya, pembicaraan tersebut harus bertujuan mengakhiri ancaman nuklir di Semenanjung Korea. Moon tengah mempertimbangkan desa perbatasan Panmunjom untuk dijadikan lokasi pertemuan antara tiga negara tersebut. Desa itu juga akan menjadi tempat pertemuan antara Moon Jae-in dan Kim Jong-un.
Baca juga: Donald Trump Ucapkan Selamat atas Kemenangan Putin