Rabu 21 Mar 2018 22:56 WIB

In Picture: Pemahat Batu Muntilan

Karya-karya pemahat batu Muntilan telah diakui hingga mancanegara..

Rep: Yogi Ardhi/ Red: Edwin Dwi Putranto

Pemahat batu di sentra kerajinan batu Linang Sayang menghaluskan pahatan batu granit berukuran besar sebelum dipahat lebih detail di Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/3). (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Pemahat batu di sentra kerajinan batu Linang Sayang mebuat patung dewa perang umat konghucu dengan bahan baku batu granit berukuran besar sebelum dipahat di Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/3). (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Pemahat batu di sentra kerajinan batu Linang Sayang mengukur batu granit berukuran besar sebelum dipahat di Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/3). (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Bejo 63 tahun memahat balok batu dengan gaya relief di sentra kerajinan batu Linang Sayang Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/3). (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Bejo 63 tahun memahat balok batu dengan gaya relief di sentra kerajinan batu Linang Sayang Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/3). (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Patung Buddha tanpa pahatan detail rambut di sentra kerajinan batu Linang Sayang Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/3). (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Tumbuhan liar menjalar di antara bongkahan batu yang tidak terpakai di sentra kerajinan batu Linang Sayang Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/3). (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

Bahan baku batu mentah dan setengah jadi tergeletak di sentra kerajinan batu Linang Sayang Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (19/3). (FOTO : Republika/Yogi Ardhi)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, MUNTILAN -- Menyebut daerah ini akan mengingatkan kita pada pengrajin dan pemahat batu handal.  Di sini terdapat ratusan pengrajin pahat batu yang membuat berbagai jenis karya.

Mulai dari 'home appliance' paling sederhana seperti cobek, relief rumit bak candi-candi, hingga karya masif candi menyerupai ukuran aslinya. Karya-karya pemahat batu Muntilan telah diakui hingga mancanegara. Di salah satu sanggar pemahat batu, Linang Sayang, pernah mengerjakan pembuatan replika candi di Eropa.

Candi asal kamboja tersebut dibuat ulang dengan skala 1:1. Menggunakan bahan baku dan tenaga pemahat dan pembuat candi dari Muntilan. Diperlukan waktu satu tahun untuk memahat bagian demi bagian batu candi. Dan waktu satu tahun lagi untuk menyusunnya kembali menjadi candi yang utuh di negara Belgia.  

Batu-batu andesit sebagai bahan baku melimpah di sekitar Gunung Merapi. Erupsi yang terjadi berkala menjadi di momen 'kiriman' bahan baku bagi para pemahat batu. 

 

sumber : Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement