REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman (MBS) membahas situasi di Yaman dalam pertemuan kedua pemimpin tersebut di Gedung Putih.
"Terkait Yaman, Presiden dan Putra Mahkota membahas ancaman yang diajukan Houthi ke wilayah itu, dibantu oleh Korps Pengawal Revolusi Islam Iran," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Trump dan MBS membahas langkah-langkah tambahan untuk mengatasi situasi kemanusiaan di Yaman. Mereka sepakat bahwa resolusi politik pada akhirnya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Yaman.
Sebuah koalisi yang dipimpin Saudi melakukan intervensi di Yaman pada 2015 untuk melawan pemberontak Houthi. Houthi telah menggulingkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional. Perang saudara di negara itu telah menewaskan sekitar 10 ribu orang.
Pada Selasa (20/3), Senat AS menghentikan resolusi yang berusaha mengakhiri dukungan Washington untuk kampanye militer Arab Saudi di Yaman. Beberapa anggota parlemen yang mendukung resolusi itu menyebut konflik sebagai bencana kemanusiaan yang diakibatkan oleh Saudi.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Jim Mattis mengajukan banding ke anggota parlemen untuk tidak mengadopsi langkah itu. Ia membela dukungan militer AS ke Arab Saudi. Mattis mengatakan bantuan AS, yang meliputi dukungan intelijen terbatas dan pengisian bahan bakar jet koalisi, pada akhirnya bertujuan untuk membawa perang Yaman menuju resolusi yang dirundingkan.
Dia memperingatkan bahwa penarikan dukungan dapat meningkatkan korban sipil dan akan membuat pemberontak Houthi semakin berani. Houthi diketahui telah menembakkan rudal ke Arab Saudi dan kapal-kapal yang ditargetkan di lepas pantai Yaman.
Putra mahkota Saudi mengungi AS selama dua pekan. Ia memulai kunjungan pada Senin lalu. Selain bertemu dengan pejabat pemerintah Trump, MBS juga dijadwalkan bertemu dengan pemimpin bisnis.