REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo menilai, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mencoba memberi peringatan bagi bangsa Indonesia. Hal tersebut terkait pidato Prabowo yang menyatakan berdasarkan kajian dari peneliti luar negeri, Indonesia berpotensi menjadi negara gagal dan bubar pada 2030.
"Ini lebih seperti pemberi peringatan, Mas Bowo (Prabowo) itu memberi peringatan berdasarkan kajian strategis dari luar," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (22/3).
Dradjad menyampaikan, kajian ini bukan yang pertama kali. Saat mengalami transisi demokrasi, tambanya, Indonesia juga sempat dikatakan akan bubar seperti Yugoslavia. Pada tahun 2000-an, Indonesia diperkirakan akan mengalami Balkanisasi atau seperti negara-negara Balkan yang terpecah-pecah.
"Analisis pihak luar mengenai risiko pecahnya Indonesia ini sudah ada dari dulu, sekarang juga mereka masih mengkaji kemungkinan tersebut," ujar Dradjad.
Ia mengatakan, Prabowo sangat suka membaca dan menganalisis. Ia juga suka berinteraksi di luar negeri. Sehingga, informasi-informasi seperti ini menjadi referensi dan masukan baginya sebagai seorang negarawan.
Dradjad menilai setelah adanya pidato Prabowo ini, Indonesia harus lebih hati-hati. Sudah banyak contoh negara yang diperkirakan pecah dan gagal, kemudian menjadi kenyataan. "Sama seperti dahulu kita perkirakan Uni Soviet akan pecah berantakan, dan juga kita harus lihat bagaimana negara-negara Timur Tengah juga pecah berantakan, (pidato) ini untuk mengingatkan," katanya.