Jumat 23 Mar 2018 11:31 WIB

Oposisi Suriah Mulai Tinggalkan Ghouta Timur

Sekitar 30 bus pemerintah dikerahkan untuk membawa milisi oposisi dan keluarganya.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Pasukan pemberontak di Suriah
Foto: Youtube
Pasukan pemberontak di Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Ratusan milisi oposisi Suriah memenuhi bus-bus pemerintah untuk mulai meninggalkan Ghouta Timur, pada Kamis (22/3). Mereka mengikuti prosedur penyerahan diri pertama di wilayah tersebut, sejak pertempuran sengit dimulai satu bulan lalu.

Sekitar 30 bus pemerintah dikerahkan untuk membawa milisi oposisi dan keluarga mereka. Media pemerintah Suriah mengatakan bus-bus itu membawa 1.580 orang, termasuk 413 milisi oposisi, yang diberi jalur aman ke wilayah Suriah barat laut.

Sebelum menaiki bus, sebuah kelompok kecil terlihat melakukan ibadah shalat magrib terakhir yang mungkin mereka lakukan di kampung halaman mereka itu. Anak-anak berlarian di antara orang dewasa yang menunggu untuk naik ke dalam bus.

Media militer yang dikelola Hizbullah melaporkan, sebanyak 1.500 milisi.oposisi dan 6.000 anggota keluarganya telah setuju untuk pergi dari Ghouta Timur. Seorang perwira militer yang diwawancarai televisi pemerintah Suriah mengatakan oposisi yang belum memutuskan untuk menyerahkan diri, akan segera dibunuh.

"Kematian akan datang kepada Anda jika Anda tidak menyerah," katanya, yang berbicara secara anonim.

Kelompok oposisi Ahrar al-Sham akhirnya menerima persyaratan militer untuk meninggalkan Kota Harasta di Ghouta Timur. Keputusan ini merupakan kemenangan terbesar pemerintah Suriah atas kelompok oposisi sejak pertempuran di Aleppo pada 2016.

Sementara di bagian lain dari wilayah yang sama, kelompok Failaq al-Rahman menyatakan menyetujui gencatan senjata untuk memungkinkan adanya negoisasi akhir. Gencatan senjata akan dimulai dalam beberapa jam pada tengah malam waktu setempat.

Serangan militer di Ghouta Timur telah menjadi salah satu serangan yang paling besar dalam perang Suriah selama tujuh tahun ini. Serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 1.500 orang akibat terkena gempuran roket dan tembakan pesawat tempur.

Operasi militer di Ghouta Timur berhasil menggunakan taktik lama, sejak Moskow bergabung menjadi sekutu pada 2015. Operasi itu dilakukan dengan mengepung wilayah pemberontak, membombardirnya, meluncurkan serangan darat, dan akhirnya menawarkan perjalanan yang aman untuk para pemberontak dan keluarga mereka, untuk keluar dari wilayah tersebut.

Setelah pemerintah Suriah berhasil merebut Kota Harasta, saat ini hanya ada beberapa kota di Ghouta Timur yang masih dikendalikan oposisi. Kota Douma berada di bawah kendali kelompok Jaish al-Islam. Sementara Kota Jobar, Ein Terma, Arbin, dan Zamalka, berada di bawah kendali kelompok Failaq al-Rahman.

Juru bicara kelompok Failaq al-Rahman yang bermarkas di Istanbul, Wael Alwan, mengatakan ia telah menghubungi PBB untuk menengahi gencatan senjata dengan pasukan Rusia. Kesempatan ini akan digunakan untuk bernegosiasi dengan pihak Rusia terkait solusi untuk menjamin keselamatan warga sipil dan menjamin penderitaan mereka akan berhenti.

Kesepakatan untuk menyerahkan Kota Harasta dimulai dengan pertukaran tahanan, pada Kamis (22/3). Para milisi oposisi di Harasta akan dibawa ke Provinsi Idlib di barat laut, yang telah menjadi tempat perlindungan utama bagi para pemberontak yang setuju untuk mundur di bawah kesepakatan dengan pemerintah.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement