Jumat 23 Mar 2018 15:35 WIB

Ketika Batang Kurma Bersedih

Rasulullah SAW selalu berkhutbah berdiri di atas anak tangga ketiga dari mimbarnya.

Pohon kurma
Foto: Antara
Pohon kurma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW tidak lagi bersandar ke batang kurma karena telah ada sebuah mimbar sebagai gantinya, batang kurma itu bersedih. Batang pohon itu rindu kepada beliau, seperti rindunya seekor unta saat berpisah dengan anaknya. Rasulullah SAW pun turun dari atas mimbar, lalu mengusap batang pohon kurma tadi sampai kembali tenang.

Setelah ada mimbar, Rasulullah SAW selalu berkhutbah berdiri di atas anak tangga ketiga dari mimbarnya yang berlantai tiga. Ketika Abu Bakar berkhuthbah, ia turun satu tingkat. Begitu juga dengan Umar yang turun satu tingkat, yaitu pada anak tangga pertama. Adapun Utsman, ia berdiri pada anak tangga paling bawah sambil meletakkan kedua kakinya di atas tanah selama enam tahun masa pemerintahannya. Ketika pengunjung masjid bertambah banyak, Utsman naik ke anak tangga ketiga, tempat Rasulullah berdiri, supaya dapat terlihat saat berkhutbah.

Setelah itu, Marwan bin Hakam menambahkan tangga keenam pada bagian bawah. Dengan demikian, mimbar tersebut menjadi lebih tinggi. Alasan penambahan ini dapat ditafsirkan dari perkataannya, "Aku menambahkan (tangga mimbar) padanya hanyalah karena jumlah manusia (umat Islam) sudah semakin banyak." Keadaan mimbar semacam ini berlangsung sampai Masjid Nabi terbakar pada tahun 654 H.

Dalam perkembangannya, Mudhaffar sang penguasa Yaman memperbarui mimbar. Mudhaffar membuat mimbar dengan dua pegangan dari batang pohon, kemudian meletakkannya pada tempat mimbar Nabi pada tahun 656 H. Pada tahun 998 H, Sultan Murah Khan mengirim mimbar yang terbuat dari marmer. Mimbar ini dibuat dengan arsitektur yang cukup tinggi dan termasuk salah satu keajaiban dunia.

Sebagaimana halnya mimbar yang ditemuai di masjid-masjid di berbagai negara di dunia dewasa ini, letak mimbar di masa Rasulullah SAW dibuat lebih tinggi dari jamaah. Dalam posisi seperti itu, memungkinkan Rasulullah SAW memandang seluruh jamaah yang mendengarkan ceramahnya.Perjalanan waktu membuat bentuk mimbar di masjid-masjid mengalami berbagai perubahan. Tidak lagi sesederhana masa awal mimbar dibangun di zaman Rasulullah SAW, tapi beraneka ragam sesuai dengan seni dan arsitektur daerah tempat masjid berada. Bentuknya pun beragam. Ada yang bertingkat satu, ada pula yang bertingkat dua atau tiga. Bahkan, ada mimbar yang bagian depannya dibuat tertutup, yang dikenal dengan nama podium.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement