Jumat 23 Mar 2018 15:50 WIB

Trump Ganti Penasihat Keamanan Nasional AS

Trump tidak secara gamblang membeberkan alasannya mengganti McMaster.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Herbert Raymond McMaster.
Foto: Alchetron.
Herbert Raymond McMaster.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah resmi mengganti penasihat keamanan nasionalnya yang dijabat HR McMaster. Posisi McMaster akan diganti mantan duta besar AS untuk PBB John Bolton.

Dalam pengumumannya Trump mengatakan McMaster telah membantu pemerintahannya dalam meningkatkan keamanan nasional AS. Ia memuji McMaster karena dinilai telah mencapai hal-hal hebat.

"Dia (McMaster) membantu mengembangkan Strategi Keamanan Nasional America First, merevitalisasi aliansi kami di Timur Tengah, menghancurkan ISIS, membawa Korea Utara (Korut) ke meja perundingan, dan memperkuat bangsa kita," kata Trump, dikutip laman The Independent, Kamis (22/3).

Kendati demikian, Trump tidak secara gamblang membeberakan alasannya mengganti McMaster. McMaster sendiri telah menerima keputusan Trump tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, McMaster mengucapkan terima kasih kepada Trump karena telah memberinya kesempatan menjabat sebagai penasihat keamanan nasional AS. "Saya bersyukur atas persahabatan dan dukungan dari anggota Dewan Keamanan Nasional yang bekerja sama memberikan pilihan terbaik kepada Presiden guna melindungi dan memajukan kepentingan nasional kami," katanya.

John Bolton selaku tokoh yang ditunjuk Trump menggantikan posisi McMaster mengatakan hal ini merupakan kehormatan besar baginya. Ia menyatakan akan mengabdi dan memberikan sumbangsih terbaik guna menjaga keamanan nasional AS. "Yang penting adalah apa yang dikatakan Presiden dan saran apa yang akan saya berikan kepadanya," ucap Bolton.

Bolton diketahui merupakan tokoh yang memiliki cara pandang hampir mirip Trump. Pada 2003, ketika ia bertugas sebagai diplomat kontrol senjata di AS, Bolton berpidato di Seoul, Korea Selatan, dan mencela pemimpim Korut saat itu Kim Jong-il. Bolton secara tegas menyatakan Kim Jong-il sebagai diktator tiran yang negaranya menyerupai neraka.

Kecaman keras semacam itu juga sempat beberapa kali diutarakan Trump terhadap Kim Jong-un yang menjadi pemimpin Korut saat ini. Misalnya, Trump pernah menyebut Kim Jong-un manusia roket karena rezimnya mengembangkan rudal balistik berkepala nuklir.

Bolton dan Trump juga memiliki cara pandang yang sama terhadap Iran. Keduanya merupakan pengkritik keras rezim Iran karena dugaan pengembangan senjata nuklir.

"Kesimpulan yang tak bisa dihindari adalah bahwa Iran tidak akan merundingkan program nuklirnya. Sanksi juga tidak akan menghalangi pembangunan infrasturuktur senjata (nuklir) yang luas dan dalam," kata Bolton.

Menurutnya, satu-satunya cara menghentikan Iran adalah melalui aksi militer.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement