REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pondok Pesantren pertama di Amerika akan segera memulai kegiatan pada musim panas nanti, atau sekitar Juli hingga Agustus 2018. Setelah melalui proses serah terima lahan pada 27 Februari lalu, Nusantara Fondation selaku penggagas pembangunan Pondok Pesantren, akan melakukan beberapa pembangunan dan renovasi pada Sabtu (24/3) besok.
Pendiri Nusantara Fondation, Imam Shamsi Ali menjelaskan, hingga saat ini, Nusantara Fondation terus melakukan renovasi untuk menyiapkan segala sarana dan perasaan pendukung kegiatan Summer Broading School nanti. Pembangunan pondok pesantren ini, kata Shamsi, membutuhkan biaya sekitar 10 juta USD atau Rp 113 miliar.
Meski tak ada batasan untuk penyalur dana, Shamsi berharap, Indonesia dapat berkontribusi besar dibandingkan negara-negara lain yang juga turut mendukung pembangunan pondok pesantren ini. "Saya ingin mayoritas sumber dananya dari indonesia karena kami ingin menampilkan bahwa pesantren ini adalah bentuk kontribusi Indonesia untuk perkembangan Islam di Amerika," kata Imam Shamsi Ali saat mengunjungi Republika, Jumat (23/3).
"Pondok pesantren ini diharapkan akan menjadi pusat pendidikan Islam milik indonesia pertama di Amerika, dan ini akan menjadi wadah pengenalan dan pembuktian kehebatan indonesia kepada dunia, khususnya Amerika," lanjut dia.
Untuk kurikulum yang diterapkan, Shamsi menjelaskan, bukan hanya diisi dengan pelajaran agama. Pesantren ini juga tetap mengikuti kurikulum yang berlaku di Amerika, dengan memasukkan empat pelajaran wajib, yaitu matematika, sains, sosial, dan bahasa. Pesantren ini juga akan mengadakan kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat banyak berhubungan dengan Indoensia, seperti pertukaran pelajar.
"Untuk santrinya, kita mencakup Muslim yang tinggal di sana, baik warga Amerika asli maupun Indonesia yang tinggal di Amerika," ujar Shamsi.