REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) segera membangun Terminal Poris Polwad dengan konsep Transit Oriented Development (TOD). Kepala BPTJ Bambang Prihartono mengatakan dalam waktu dekat akan segera dilaksanakan pembangunan fisiknya.
Dia mengatakan saat ini pengembang yang memprakarsai TOD di terminal tersebut yaitu PT Mina Trasindo Totabuan. "Ini kan swasta, dia punya strategi kan. Harapan kita kalau bisa ground breaking nya April mulai fisiknya," kata Bambang di kawasan SCBD, Jumat (23/3).
Jika target peletakan batu pertama dilakukan bulan depan, Bambang mengharapkan target penyelesaian TOD di terminal tersebut bisa sesuai rencana. Bambang berharap, TOD di Terminal Poris selesai pada 2019 sampai 2020.
Dalam pembangunan TOD tersebut, Bambang memastikan tidak hanya mengintegrasikan beragam moda transportasi namun juga pemukiman. TOD tersebut akan dibangun dengan tiga tower dengan masing-masing lantai memiliki konsep tersendiri.
"Ada empat lapisan. Lapisan pertama perpindahan antarmoda, lapisan kedua area komersil, lapisan ketiga perkantoran, lapisan keempat pemukiman," ujar Bambang.
Bambang menegaskan, konsep TOD tersebut pada dasarnya mendekatkan pemukiman dengan simpul-simpul transportasi. Dengan begitu, masyarakat yang berjalan kaki dalam perpindahannya mulai dari pemukiman ke transportasinya atau berpindah moda hanya berjalan kaki selama tujuh menit.
Sementara itu, Direktur Prasarana BPTJ Rizal Wasal mengatakan TOD Poris Plawad bisa melayani jalur regional dan lokal. "Yang nantinya dibangun terpadu dengan Stasiun Kereta Api Batu Ceper dan LRT dari Poris Plawad ke Rawa Buntu," ujar Rizal.
Selain Terminal Poris Plawad, Rizal memastikan akan ada tiga terminal yang direncanakan BPTJ bersama dengan Badan Usaha. Ketiga terminal tersebut yaitu Baranangsiang, Bogor, Jatijajar Depok, dan Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Saat ini, di Jabodetabek terdapat 47 kawasan potensial TOD. Sebanyak 22 TOD kota dan 25 TOD sub-kota dan lingkungan.