REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) kembali menggelar kegiatan untuk meningkatkan diplomasi internasional. Kali ini, IABIE mengunjungi Kedutaan Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam pada Senin (12/3). Ketua Umum IABIE, Bimo Sasongko bersama delapan delegasi IABIE siap menjembatani isu-isu aktual antara Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa.
"IABIE juga siap menjalin komunikasi dengan seluruh alumni Uni Eropa," kata Bimo Sasongko, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (22/3).
Uni Eropa sangat memperhatikan sektor ekonomi di Indonesia. Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Guerend mengatakan dari 100 persen dana Uni Eropa yang masuk ke ASEAN, hanya 10 persen yang masuk ke Indonesia, padahal populasi Indonesia adalah yang terbesar.
Selain terkait perekonomian, Vincent juga menyampaikan perhatiannya mengenai kebijakan pemerintah yang kurang kondusif. Ia mencontohkan peraturan yang selalu berubah tiap pergantian kabinet dan regulasi lainnya. Selain itu juga terkait kesulitan menemukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tepat.
"Problem utama yang dirasakan Uni Eropa adalah sulitnya menemukan SDM pekerja yang dibutuhkan dan rekanan bisnis yang sesuai," kata Vincent.
Terkait hal itu, IABIE diharapkan dapat menjadi jembatan yang bisa mengatasi masalah-masalah tersebut. IABIE pun menyatakan siap menjadi penghubung yang baik antara Uni Eropa dengan Indonesia.
Selain menyelesaikan permasalahan ekonomi dan SDM, keduanya juga ingin meningkatkan kerja sama terkait bidang pendidikan. Nantinya, diharapkan jumlah mahasiswa Indonesia di Eropa bisa meningkat.