REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permasalahan cadar masih menjadi topik pembicaraan hangat, ditambah berkembangnya pendapat masyarkat baik pro maupun kontra. Namun Imam Islamic Center New York, Amerika asal Indonesia, Imam Shamsi Ali mengatakan, Amerika tidak mengalami banyak pertentangan tentang cadar seperti yang terjadi di Indoensia.
Menurut dia, sebagai negara yang menjunjung kebebasan, Amerika memberikan kesempatan penuh bagi warganya untuk mengekspresikan diri, baik sesuai budaya maupun agama yang mereka yakini. Bahkan, negara juga memberikan dispensasi khusus bagi Muslim dalam beberapa hal, seperti membolehkan Muslimah tetap menggunakan penutup kepala (jilbab) saat pembuatan paspor, meskipun seharusnya dalam pengambilan foto bagian telinga diwajibkan terlihat.
"Di Amerika tidak ada batasan untuk cadar, karena itu bagian dari praktik agama maka tidak dilarang," kata Imam Shamsi Ali saat mengunjungi Republika.co.id, Jumat (23/3).
Shamsi menjelaskan, segala bentuk perwujudan simbol-simbol agama lainnya juga memiliki perlindungan di mata hukum. Sehingga, setiap pemeluk agama dipastikan dapat memperoleh haknya tanpa adanya diskriminasi.
"Di Amerika, segala hal berazas pada ajaran agama, maka akan diterima secara hukum dan dilindungi. Karena ini mencakup kebebasan setiap orang untuk memeluk agama dan mengekspresikannya di muka publik," kata dia.
Indonesia, kata Shamsi, sejatinya juga memiliki dasar negara yang menjunjung demokrasi, yaitu Pancasila. Menurut dia, dengan asas Pancasila seharusnya warga Indonesia dapat memaknai bahwa cadar juga merupakan suatu ekpresi atau pilihan yang tidak dapat dilarang atau disalahkan.
"Negara ini adalah negara Pancasila dan memberikan kebebasan bagi warganya. Jadi, kalau ada yang memakai cadar karena alasan agama, maka seharusnya tidak dilarang atau disalahkan," kata Shamsi.