REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Tersangka percobaan pembunuhan terhadap Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah tewas dalam baku tembak dengan pasukan Hamas pada Kamis (22/3). Tersangka dilaporkan bernama Anas Abu Khousa.
Kementerian Dalam Negeri Gaza yang dipimpin Hamas mengatakan, sebelum aksi baku tembak terjadi, pasukan Hamas telah mengepung tempat persembunyian Abu Khousa. Ketika diperintahkan untuk segera menyerahkan diri, Abu Khousa menolak dan melepaskan tembakan.
Baku tembak antara pasukan Hamas dan Abu Khousa pun tak terhindarkan. Abu Khousa akhirnya roboh akibat tertembak berondongan peluru. "Tersangka kemudian meninggal akibat luka-lukanya di rumah sakit," kata Kementerian Dalam Negeri Gaza, dikutip laman Al Arabiya.
Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah selamat dari percobaan pembunuhan setelah sebuah bom meledak di dekat iring-iringan kendaraannya di Gaza pada Selasa (13/2). Fatah dan PBB mengutuk serangan tersebut.
Hamdallah mengunjungi Gaza untuk meresmikan pabrik pengolahan limbah. Ketika konvoi kendaraannya melintasi pos pemeriksaan di kota Beit Hanoun, tiba-tiba terjadi sebuah ledakan. Dua mobil terakhir dari konvoi kendaraan Hamdallah mengalami kerusakan akibat ledakan tersebut. Lima orang dilaporkan mengalami luka ringan.
Hamdallah menyatakan aksi penyerangan tersebut tak akan menciutkan upaya dan komitmennya terhadap persatuan Palestina. "Saya akan kembali ke Gaza meskipun apa yang terjadi hari ini dan saya menyerukan Hamas mengizinkan pemerintah untuk secara efektif mengontrol Jalur Gaza. Apa yang terjadi hari ini tidak akan menghentikan upaya rekonsiliasi kita," ujar Hamdallah setelah aksi penyerangan itu terjadi, dikutip laman Haaretz.
Ia mengatakan upaya rekonsilasi antara Fatah dengan Hamas akan dilanjutkan dengan bantuan Mesir. "Saya menyerukan kepada Hamas dan semua faksi lainnya untuk ambil bagian dalam Dewan Nasional Palestina yang akan bersidang pada April, karena ini adalah fase kritis bagi rakyat Palestina," katanya menerangkan.
"Kita tidak akan mengizinkan siapa pun menghancurkan proyek nasional Palestina. Kita tidak akan membiarkan mereka yang memiliki agenda politik asing mendikte kita tentang apa yang terjadi di Gaza," ucap Hamdallah menambahkan