Sabtu 24 Mar 2018 01:37 WIB

PDIP dan Demokrat Diimbau Saling Menahan Diri Terkait Setnov

PSI menyerukan seluruh elemen bangsa untuk memerangi korupsi secara kolektif.

Terdakwa kasus korupsi KTP Elektronik Setya Novanto bersiap mengikuti sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (22/3).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Terdakwa kasus korupsi KTP Elektronik Setya Novanto bersiap mengikuti sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengimbau PDIP dan Partai Demokrat menahan diri seraya sama-sama memastikan bahwa kader kedua partai tidak terlibat praktik korupsi dan bukan justru  saling menuduh bahwa partai lain adalah partai yang paling korup.

Himbauan tersebut terkait dengan munculnya pernyataan-pernyataan yang disampaikan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto segera setelah diungkapkannya dugaan keterlibatan sejumlah tokoh partai politik dalam aliran dana megakorupsi e-KTP dalam pengadilan Setya Novanto.  

Juru Bicara PSI Dini Shanti Purwono mengatakan PDIP dan Partai Demokrat adalah dua partai besar yang perilakunya menjadi  rujukan jutaan rakyat Indonesia. "PSI khawatir perseteruan terbuka antara dua partai besar ini,  bukan saja memecah bangsa,  namun yang lebih penting memperlemah upaya melawan korupsi," kata Dini dalam siaran persnya kepada Republika.co.id, Jumat (23/3). 

Menurut Dini, perseteruan PDIP dan Partai Demokrat secara terbuka juga bisa meningkatkan ketidakpercayaan publik pada partai politik dan DPR,  yang pada dasarnya adalah dua kekuatan vital dalam demokrasi Indonesia.

 "PSI sebagai partai baru berharap sekali partai-partai terdahulu untuk memberi contoh yang dapat diteladani," ujarnya.

Masyarakat, kata Dini, sudah bosan menyaksikan konflik politik berkelanjutan yang bertentangan dengan tujuan membangun Indonesia yg damai dan sejahtera.  

"PSI menyerukan seluruh elemen bangsa untuk memerangi korupsi secara kolektif dengan meninggalkan sekat sekat politik yang ada," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement