REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dalam 16 hari terakhir, Presiden AS Donald Trump telah menggantikan penasihat ekonomi utamanya, penasihat kebijakan luar negerinya dan penasehat keamanan nasionalnya.
Pada 7 Maret 2018, Kepala Dewan Ekonomi Nasional, Gary Cohn, mengumumkan pengunduran dirinya. Disusul pada 13 Maret 2018, Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dipecat melalui Twitter. Kemudian pada 22 Maret 2018, Trump mengganti penasihat keamanan nasional HRMcMaster.
Pada Kamis, Presiden Trump memilih John R Bolton, mantan duta besar Amerika untuk PBB, sebagai penasihat keamanan nasional ketiganya pada Kamis (22/3). Bolton dikenal sebagai sosok konservatif garis keras.
Trump diniali telah membangun tim keamanan nasional yang paling hawkish dari setiap Gedung Putih dalam sejarah terkini. Langkah yang tak terduga itu menandakan pendekatan lebih konfrontatif dalam kebijakan luar negeri Amerika, termasuk dalam menghadapi tantangan yang memuncak dari Iran dan Korea Utara.
Bolton,seorang advokat vokal tindakan militer yang menjabat dalam pemerintahan GeorgeW Bush, telah menyerukan tindakan terhadap Iran dan Korea Utara.
Dalam sebuah wawancara pada Kamis di Fox News, segera setelah pengangkatannya, dia menolak untuk mengatakan apakah Trump harus melalui pertemuan yang direncanakan dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Bolton telah rutin bertemu secara teratur dengan Trumpuntuk membahas kebijakan luar negeri. Pada Kamis, Trump memanggil Bolton ke Ruang Oval untuk membahas pekerjaan itu.
Presiden juga menggantikan Menteri Luar Negeri Rex W Tillerson minggu lalu dengan Direktur CIA Mike Pompeo, mantan perwira Angkatan Darat dan anggota kongres Tea Party .