REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Sebanyak dua polisi tewas dalam serangan bom yang menargetkan kepala keamanan lokal di Kota Alexandria, Mesir, Sabtu (24/3), dua hari sebelum pemilihan presiden Mesir. Sementara lima orang lainnya mengalami luka-luka.
Dilansir dari Reuters, Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan, lima orang itu terluka oleh bom yang ditinggalkan di bawah mobil. "Bom itu meledak ketika polisi Mayjen Mostafa al-Nemer melewatinya," kata salah seorang narasumber kementerian dalam negeri.
Nemr tidak tidak terluka. Kemudian ia mengatakan, hal ini tak akan menjadi halangan untuk melakukan tugasnya dalam menjaga pemilihan presiden pada pekan depan. Tidak ada organisasi yang mengklaim tanggung jawab atas ledakan itu. Sementara kantor berita negara menyalahkan sebuah organisasi Ikhwanul Muslimin yang telah dilarang.
Pemerintah mengutuk serangan itu dan menyatakan kejadian tersebut tak akan mempengaruhi pemilihan yang dimulai pada Senin (26/3) esok.
"Itu merupakan upaya putus asa oleh kekuatan terorisme dan negara-negara yang mendukungnya untuk mempengaruhi atmosfer positif negara, ini hanya meningkatkan tekad negara Mesir untuk menyelesaikan proses politik dan kemajuan ekonomi," kata Perdana Menteri (PM) Mesir Sherif Ismail.
Sementara foto-foto yang berredar di media sosial memperlihatkan sebuah mobil yang terbakar dan adanya asap mengepul di sekitar lokasi ledakan. Stasiun televise lokal juga menunjukkan Nemr tanpa cedera yang memeriksa area tersebut.
Warga yang dekat dengan tempat kejadian yang terletak di kota terbesar kedua di Mesir itu melaporkan mendengar adanya ledakan besar pada pagi hari. "Saya tiba-tiba mendengar ledakan yang sangat kuat dan berlari ke arah jalan, tetapi saya mundur karena takut," kata Mohamed Ismail, seorang penjaga pintu di sebuah gedung dekat ledakan.
Ismail berpikir, bangunan itu akan runtuh. Ia pun lantas memeriksa tiang-tiangnya.