Ahad 25 Mar 2018 04:54 WIB

Pemberontak Suriah Menarik Diri dari Ghouta

Beberapa tawanan yang ditahan oleh para pemberontak dibebaskan.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Endro Yuwanto
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemberontak Suriah mulai menarik diri dari beberapa kota di bekas wilayah timur Ghouta, Sabtu (24/3) waktu setempat. Mereka menyerahkan beberapa kota tersebut kepada pemerintah dan mulai meninggalkan kota terkepung Douma sebagai benteng terakhir di sana.

Dilansir dari Reuters, hal itu terjadi setelah serangan satu bulan yang menghancurkan Ghouta Timur. Kawasan itu berupa area lahan pertanian dan kota-kota yang merupakan salah satu pusat pertama pemberontakan pada tahun 2011 dan benteng pemberontak besar terakhir di dekat ibu kota Damaskus.

Sebanyak sepuluh bus membawa pejuang bersama dengan keluarga mereka dan warga sipil lainnya. Mereka telah meninggalkan daerah perang, sementara barisan depan konvoinya menuju pengasingan di Suriah barat laut.

Ini merupakan keberangkatan setelah adanya keberangkatan ribuan orang lain Jumat (23/3) sebelumnya, dari kota Harasta. Keberangkatan sebelumnya itu juga dalam kesepakatan yang sama terhadap pemberontak untuk berangkat dengan senjata ringan sebagai imbalan untuk menyerahkan wilayah mereka.

Bus-bus itu antre di titik persimpangan sebelum pindah ke daerah kantong di sepanjang jalan di garis depan yang telah dibersihkan dari barikade, puing-puing, dan persenjataan perang yang tidak meledak.

Beberapa tawanan yang ditahan oleh para pemberontak dibebaskan. Mereka diliput oleh televisi pemerintah dengan memperlihatkan gambar mereka pergi dengan menggunakan minibus.

Televisi pemerintah itu mengatakan, pasukan angkatan darat maju ke kota-kota lokasi yang ditinggalkan para pemberontak. Selain itu, televisi itu juga menyiarkan gambar-gambar parit-parit besar dan benteng-benteng lain yang ditinggalkan para pemberontak.

Hal itu berarti hanya Douma yang tersisa dari daerah timur Ghouta yang masih dikuasai oposisi. Bulan lalu PBB mengatakan ada rumah bagi 400 ribu orang pengungsi.

Penduduk dan kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pemerintah menggunakan senjata yang membunuh tanpa pandang bulu.  Seperti bom laras yang tidak akurat yang jatuh dari helikopter, gas klorin, dan bahan pembakar yang memicu kebakaran hebat.

Namun, Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutu dekatnya Rusia, yang telah membantu serangan udara, membantah menggunakan semua senjata untuk semua pihak dan mengatakan serangan mereka diperlukan untuk mengakhiri kekuasaan militan Islam atas warga sipil.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement