Ahad 25 Mar 2018 15:11 WIB
Kisah Kaum Tsamud Umat Nabi Saleh

Suku Arab Kuno Pemahat Bukit Ini Musnah karena Suara Keras

Ukiran dan pahatan mereka hingga saat ini dapat ditemui di Gunung Athlab.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Agus Yulianto
Rumah batu kaum Tsamud
Foto: Youtube
Rumah batu kaum Tsamud

REPUBLIKA.CO.ID, Suatu ketika kaum Tsamud hancur karena suara keras. Semua orang kaum tersebut mati kecuali satu orang yang berada di al-Haram, Abu Righal. Namun, pada akhirnya dia juga tewas setelah meninggalkan Tanah Suci (HR Ahmad).

Tsamud adalah suku kuno Arab yang diperkirakan hidup sekitar milenium pertama sebelum Masehi. Mereka diperkirakan berasal dari wilayah Arab selatan yang kemudian pindah menuju utara. Kaum ini menetap di Gunung Athlab, Madain Shaleh, kota yang kini menjadi bangunan cagar budaya Kerajaan Saudi.

Sejumlah besar kaum Tsamud merupakan pengukir dan pemahat bukit yang baik. Ukiran dan pahatan mereka hingga saat ini dapat ditemui di Gunung Athlab dan hampir seluruh Arab bagian tengah

Kisah tentang Kaum Tsamud tak diceritakan dalam Taurat. Ahli Kitab pun tidak mengetahui kabar dan keberadaan mereka. Namun, Alquran menjelaskan, Musa menjelaskan dua kaum ini kepada umatnya. Dalam Surah Ibrahim ayat 8-9, Musa berkata, “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah SWT), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji. Belum sampaikah kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka, tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah".

Dalam Suraht Ghafir ayat 30 - 31, seorang mukmin dari keluarga Fira’un berkata, “(Hai kaumku), sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.”

Saat perjalanan menuju perang Tabuk, Rasulullah melewati kampung Tsamud yang bernama Hijr. Beliau singgah bersama para sahabat di perkampungan itu. Kemudian, sahabat mengambil air dari sumur-sumur di mana dahulu kaum Tsamud juga mengambil air dari lokasi yang sama. Dengan air itu, mereka membuat adonan roti.

Sebagian sahabat menyiapkan bejana di atas api. Rasulullah kemudian memerintahkan agar bejananya ditumpahkan dan adonannya diberikan kepada unta. Kemudian beliau meneruskan perjalanan sampai di sebuah sumur.

Rasulullah menunjukkan jalan di mana unta Nabi Saleh datang menuju sumur, dan jalan meninggalkan sumur. Nabi juga memberi tahu mereka bahwa unta berbagi air dengan kaum Saleh pada hari di mana ia mendatangi sumur dan minum darinya. Pada hari berikutnya ia tidak minum apa pun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Asy-Syu'ara ayat 155 "Ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air dan kamu mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air pada hari tertentu.”

Dalam Surah al-Qamar ayat 28, Allah berfirman, “Beritakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka dan unta betina itu, tiap-tiap giliran minum dihadiri oleh yang berhak.”

Di antara keistimewaan unta Nabi Saleh adalah kaum Shaleh memerah susunya dalam jumlah sekehendak mereka. Maka, air yang diminum oleh unta pada hari gilirannya tergantikan oleh susunya yang melimpah dan mereka mendapatkannya dengan mudah.

Walaupun Tsamud telah mengambil keuntungan besar dari unta Saleh, mereka tetap berpikiran dan bersikap picik, membenci keberadaan sang nabi dan untanya. Maka, mereka menyembelih hewan milik Nabi Saleh. Pembunuh unta ini adalah orang yang paling celaka di kalangan kaum Tsamud.

Rasulullah telah menjelaskan pembunuh unta itu di dalam salah satu hadis, bahwa dia adalah laki-laki berkulit merah. Rasulullah pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib dan Ammar Ra, beliau mengatakan, “Maukah kalian berdua aku beri tahu siapa manusia paling celaka dari dua orang laki-laki? Kami menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Nabi bersabda, ‘Seorang laki-laki berkulit merah di kalangan Tsamud. Dialah pembunuh unta dan orang yang memukulmu, ya Ali, di sini (ubun-ubunnya) hingga basah oleh darah.” (HR Ahmad).

Dalam hadis lain, Rasulullah menyatakan, dia adalah seorang pembesar yang berasal dari kaum Tsamud. Kitab Shahihain menyebutkan, Rasulullah bersabda “Ketika bangkit orang yang paling celaka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bangkitlah seorang laki-laki yang kotor, busuk, perusak, mulia di antara kaumnya, seperti Abu Zam’ah.’” (HR al-Bukhari, 6/378, no. 3377 dan Muslim, 4/2191 no. 2855).

Manakala mereka menyembelihnya, Saleh mengatakan, mereka akan diazab tiga hari setelah unta tersebut disembelih. Pada hari ketiga datanglah azab berupa suara yang menggelegar. Surah Fushilat ayat 13 menjelaskan, “Jika mereka berpaling, maka katakanlah, ‘Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan kaum Tsamud,".

Suara menggelegar itu telah membinasakan semua yang ada di bumi dari kabilah itu, tanpa ada beda antara yang tinggal di daerahnya dan sedang bepergian ke daerah lain yang jauh. Tidak ada yang selamat, kecuali seorang laki-laki dari kalangan mereka yang pada waktu itu sedang berada di tanah Haram. Tanah Haram melindunginya dari azab. Orang itu dipanggil dengan nama Abu Righal. Akan tetapi, dia pun tertimpa apa yang menimpa kaumnya begitu dia keluar dari Haram.

Rasulullah memperingatkan para sahabat agar tidak meminta datangnya ayat-ayat (mukjizat) seperti kaumnya Nabi Saleh, karena ditakutkan mereka akan mendustakannya, lalu mereka binasa seperti kaum Saleh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement