REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Masyarakat dunia baru saja memperingati Hari Hutan Internasional pada 21 Maret 2018 lalu. Sayangnya, kondisi hutan dunia dinilai semakin memburuk dengan jumlah luasan hutan yang terus menurun dari tahun ke tahun.
Pakar politik dan kebijakan kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Ahmad Maryudi, turut merasa jika kondisi hutan dunia terus-menerus memburuk. Padahal, sudah ada rezim kehutanan internasional yang mengatur mekanisme pengelolaan hutan dari level global dan nasional.
"Meski ada banyak ragam aturan dan mekanisme berkenaan dengan pengelolaan hutan, faktanya hutan tidak berada dalam kondisi yang semakin membaik," kata Maryudi di ruang kerjanya di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan UGM beberapa waktu lalu.
Ia menyebutkan, deforestasi terus saja terjadi, bahkan sebanyak 10-13 juta hektar hutan dunia hilang setiap tahun. Itu belum termasuk hutan yang terdegradasi, dan jumlahnya jauh lebih banyak.
Maryudi melihat, kondisi serupa terjadi pula di Indonesia. Deforestasi dan degradasi yang terjadi dirasa telah menyebabkan luasan lahan hutan yang ada di Indonesia jumlahnya makin mengalami pengurangan.
"Deforestasi dan degradasi hutan terparah terjadi selama rentang waktu 2000-2005, setidaknya 1,8 juta hektare hutan hilang setiap tahun," ujar Maryudi.
Terkait itu, ia menekankan, kehutanan Indonesia masih menghadapi tantangan persaingan dengan sektor pertanian. Guru Besar Bidang Kehutanan UGM itu menegaskan, tantangan paling besar terjadi kepada perkebunan kelapa sawit.
Menurut editor di Forest Policy & Economics itu melihat, ekspansi lahan untuk kepentingan industri sawit terjadi secara besar-besaran. Saat ini, ada 12 juta hektar lahan sawit dan diperkirakan terus meluas. "Ditargetkan bisa membuka lahan lagi hingga 20 juta hektare," kata Maryudi.