Senin 26 Mar 2018 16:52 WIB

Bahasa Melayu di Khutbah Jumat Masjid Al-Haram dan Nabawi

Bahasa Melayu digunakan di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Suasana Masjid Al-Haram yang ramai dengan jamaah umrah.
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Suasana Masjid Al-Haram yang ramai dengan jamaah umrah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Arab Saudi memasukkan bahasa Melayu sebagai salah satu bahasa asing dalam terjemahan langsung selama khutbah Jumat di Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi.

Imam Masjid al-Haram di Makkah Syekh Abdul Rahman Abdul Aziz as-Sudais mengatakan, khutbah itu juga akan diterjemahkan langsung dalam bahasa Melayu selama khutbah Jumat di Arafah, selama musim haji. As-Sudais mengatakan, sekelompok editor asal Malaysia yang berkunjung ke Saudi merupakan langkah yang mencerminkan betapa pentingnya Pemerintah Saudi terikat dengan Malaysia.

"Berita bagus untuk orang Malaysia. Penjaga Dua Masjid Suci telah sepakat menerapkan terjemahan langsung pada khutbah Jumat di Makkah, Madinah, dan Arafah dalam bahasa Melayu. Bahasa Melayu adalah salah satu dari 10 bahasa yang termasuk dalam proyek ini," kata as-Sudais, dilansir di New Straits Times, Senin (29/3).

Ia mengatakan, proyek tersebut penting bagi masyarakat di Asia Tenggara karena langkah tersebut akan menguntungkan mereka. Mereka juga sangat mementingkan Malaysia dan jamaah yang berasal dari negeri jiran tersebut.

Bahasa Melayu digunakan di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei. Terjemahan bahasa Melayu kini mulai diterapkan setelah terjemahan bahasa Urdu dan bahasa Inggris diperkenalkan.

Di Makkah, layanan ini tersedia di dekat gerbang Raja Fahd yang telah didesain bagi para penutur non-Arab. Sementara itu, headset (pelantang telinga) dan perangkat audio kecil juga akan disediakan. Perangkat ini terhubung ke frekuensi FM yang menyiarkan terjemahan khutbah Arab yang disampaikan khatib (penceramah) di Masjid al-Haram.

As-Sudais, yang juga merupakan Presiden dari Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci, berbicara banyak tentang Malaysia, Tabung Haji, dan jamaah asal Malaysia. Menurut dia, Islam di Malaysia adalah contoh yang unik bagi dunia.

Ia mengatakan sangat menghargai program Tabung Haji di sana. Ia menilai program tersebut sangat sistematis dan merupakan contoh bagi semua badan haji lainnya di negara lain.

"Para jamaah Malaysia juga sopan di dalam Haramain," katanya menambahkan.

As-Sudais mengatakan, Saudi dan Malaysia mewakili moderasi Islam dan kedua negara merupakan contoh bagi dunia. Menurut dia, Islam tidak ada hubungannya dengan ekstremisme dan terorisme. Kedua negara sama-sama memerangi hal tersebut.

Selanjutnya, as-Sudais mengatakan, perluasan besar-besaran di Masjidil Haram di Makkah berada pada tahap akhir penyelesaian. Dia mengharapkan pekerjaan itu akan rampung pada akhir Ramadhan ini. Perluasan Masjid tersebut akan menampung hingga 1,6 juta umat Muslim dalam satu waktu.

Tidak hanya itu, as-Sudais juga berbicara soal isu internasionalisasi dari dua tempat suci di Saudi tersebut. Ia menentang internasionalisasi tersebut. Karena Saudi mampu mengelola dua situs suci itu demi kepentingan semua umat Islam.

Pemerintah Saudi dan para pemimpin Muslim lainnya juga telah menyatakan penolakan seruan untuk mempolitisasi haji dan menginternasionalisasi dua masjid suci di Makkah dan Madinah tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement