REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Upaya Korea Utara untuk terus mencari cara memperbaiki hubungan dengan Korea Selatan terus menuai dukungan internasional. Bahkan ada usul agar AS mencabut sanksi terhadap Korea Utara.
Direktur Institut Reunifikasi Korea Utara Ri Jong-hyok mengatakan Korea Utara terus berusaha membangun dunia baru yang adil dan damai serta jauh dari agresi dan perang. Dalam Sidang Umum Perserikatan Inter Parlemen (IPU) di Jenewa, Swiss, RI mengatakan tak ada yang dapat menghambat perundingan dan reunifikasi inter-Korea.
Apalagi, usaha Korea Utara untuk memperbaiki hubunga bilateral dengan Korea Selatan kini makin menuai banyak dukungan internasional. ''Inilah saat uang tepat bagi AS untuk mengakhiri sikap anti-DPRK dan segala sanksi yang mereka bebankan kepada kami,'' kata Ri seperti dikutip Reuters, Senin (26/3).
Presiden AS Donald Trump sudah setuju untuk bertemu Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Mei mendatang. Kabar itu mengemuka setelah delegasi Korea Selatan menyampaikan pesan bahwa Pemimpin Korea Utara ingin bertemu dengan Trump untuk membicarakan denuklirisasi.
Spekulasi kemudian berkembang soal lokasi kemungkinan pertemuan itu digelar. Swedia sempat disebut akan jadi lokasi pertemuan Trump dengan Kim. Swedia memiliki perwakilan diplomatik di Korea Utara atas nama PBB, tanpa ada kedutaan besar. Swedia pernah ikut membantu membebaskan warga AS yang terjebak atau bermasalah di Korea Utara.
Perubahan sikap Korea Utara mulai nampak saat Pyongyang menyampaikan akan mengirim atlet mereka dalam Olympiade musim dingin di Pyeongchang, Korea Selatan pada Februari lalu. Mereka bahkan membentuk tim bersama. Melunaknya sikap Korea Utara itu juga muncul setelah mereka meluncurkan beberapa misil.
Pada akhir pekan lalu, Korea Utara menyatakan Korea Utara setuju untuk menggelar pertemuan tingkat tinggi dengan Korea Selatan pada 29 Maret mendatang di perbatasan, Panmunjom. Pertemuan itu akan menjadi pembicaraan awal rencana bertemunya kedua pemimpin negara pada April mendatang.