Selasa 27 Mar 2018 10:30 WIB

Hungaria dan Makedonia Ikut Usir Diplomat Rusia

Pengusiran diplomat sebagai aksi atas serangan mantan mata-mata Rusia di Inggris.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Konsulat Rusia di Seattle, AS. Pemerintah Trump mengusir 60 diplomat Rusia dan memerintahkan penutupan konsulat Rusia di Seattle pada Senin (26/3).
Foto: AP Photo/Elaine Thompson
Konsulat Rusia di Seattle, AS. Pemerintah Trump mengusir 60 diplomat Rusia dan memerintahkan penutupan konsulat Rusia di Seattle pada Senin (26/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Pemerintah Hungaria dan Makedonia, pada Senin (26/3), mengusir diplomat Rusia yang diyakini merupakan agen intelijen. Pengusiran diplomat tersebut masih berkaitan dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam aksi penyerangan Sergei Skripal di Salisbury, Inggris, pada awal Maret lalu.

Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Makedonia mengatakan pengusiran seorang diplomat Rusia yang diyakini agen intelijen dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap Inggris. "Keputusan tersebut diambil melalui konsultasi dengan sekutu dan mitra kami, Uni Eropa dan NATO, serta dalam solidaritas dengan Inggris," katanya.

Kedutaan Besar Rusia di Makedonia pun segera merespons pengumuman tersebut. "Langkah yang sangat tidak ramah ini tidak memiliki pembenaran dan preseden dalam hubungan Rusia-Makedonia. Tanggung jawab penuh atas konsekuensi ini terletak pada pihak Makedonia", kata Kedutaan Besar Rusia di Makedonia melalui akun Twitter resminya.

Kementerian Luar Negeri Hungaria melakukan hal serupa. Mereka mengusir seorang diplomat Rusia karena dicurigai terlibat kegiatan spionase. "Berdasarkan apa yang dikatakan pada sesi Dewan Eropa, Hungaria mengusir seorang diplomat Rusia, yang juga melakukan kegiatan spionase," kata Kementerian Luar Negeri Hungaria dalam sebuah pernyataan.

Kasus penyerangan Sergei Skripal (66 tahun) dan putrinya Yulia (33 tahun) telah memicu krisis diplomatik Inggris dengan Rusia. Skripal merupakan warga Inggris yang pernah menjadi agen intelijen militer Rusia. Ia dan putrinya diserang menggunakan agen saraf kelas militer bernama Novichok pada 4 Maret lalu. Informasi terakhir, Skripal dan putrinya masih dalam keadaan kritis.

Inggris menuding Rusia menjadi dalang aksi penyerangan Skripal. Tuduhan itu didasarkan pada fakta bahwa agen saraf novichok pernah dikembangkan pada era Uni Soviet pada tahun 1970-an. Rusia membantah tegas tudingan tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya tidak lagi memiliki senjata kimia. Semua senjata kimia milik Rusia, kata Putin, telah dihancurkan di bawah pengawasan organisasi internasional.

Ketika aksi saling tuding masih berlangsung, Perdana Menteri Inggris Theresa May, pada 15 Maret lalu, memutuskan mengusir 23 diplomat Rusia dari negaranya. May mengklaim 23 diplomat yang diusirnya merupakan agen mata-mata Rusia yang menyamar.

Rusia membalas hal tersebut dengan melakukan hal serupa. Kremlin mengusir 23 diplomat Inggris dan menghentikan seluruh kegiatan British Council di Rusia.

Kemudian pada Senin (26/3), Amerika Serikat (AS) memutuskan mengusir 60 diplomat Rusia dari negaranya dan memerintahkan penutupan konsulat Rusia di Seattle. Pengusiran tersebut dilakukan berkaitan dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam aksi penyerangan Skripal.

Pemerintah Australia juga mengambil tindakan serupa. Mereka mengusir dua diplomat Rusia guna menunjukkan solidaritas kepada Inggris.

Baca juga: Australia akan Usir Dua Diplomat Rusia

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement