REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Amerika Serikat dan negara sekutunya di Eropa menanggapi kasus serangan terhadap mantan mata-mata dengan menggunakan racun agen syaraf di Inggris. Lebih dari 100 diplomat Rusia diusir dari sedikitnya 20 negara. Jumlah tersebut tercatat sebagai pengusiran diplomat terbesar dalam sejarah Rusia.
Laporan BBC menyebut, Rusia akan membalas pengusiran tersebut pada Selasa (27/3). Rusia membantah tuduhan berada di balik serangan terhadap Sergey Skripal dan putrinya di Salibury, Inggris. Keduanya saat ini berada dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Pekan lalu, Uni Eropa sepakat bahwa Rusia bertanggungjawab terhadap serangan yang menggunakan racun agen syaraf tersebut. Perdana Menteri Inggris Theresa May menyebut rezim Presiden Putin telah melakukan agresi yang melanggar nilai-nilai kenegaraan.
"Dan sebagai negara demokrasi Eropa yang berdaulat, Kerajaan Inggris akan berdiri bahu membahu dengan Uni Eropa dan NATO untuk menghadapi ancaman ini bersama-sama." kata May.
Sebelumnya, Inggris mengumumkan telah mengusir 23 diplomat Rusia pada awal Maret. Berbagai negara mengumumkan bahwa mereka melakukan langkah yang sama sebagai solidaritas terhadap Inggris padaSenin (26/3).
Negara tersebut antara lain Amerika Serikat yang mengusir 60 diplomat AS, negara-negara Uni Eropa: Prancis (4); Jerman (4); Polandia (4); Republik Ceko (3); Lituania (3); Denmark (2); Belanda (2); Italia (2); Spanyol (2); Estonia (1); Kroasia (1); Finlandia (1); Hungaria (1); Latvia (1); Rumania (1); dan Swedia (1). Selain itu, pengusiran juga dilakukan Ukraina terhadap 13 diplomat Rusia, Kanada mengusir 4 diplomat dan menolak 3 aplikasi lain dari Rusia, Albania dua diplomat, Australia dua diplomat, Norwegia satu diplomat, dan Makadonia mengusir satu diplomat Rusia.
Islandia juga mengumumkan telah menangguhkan dialog tingkat tinggi dengan pihak berwenang Rusia. Para pemimpinnya pun tidak akan menghadiri Piala Dunia, yang dimulai di Rusia pada Juni.
Inggris mengatakan pada awal bulan ini bahwa mereka tidak akan mengirim menteri atau anggota Keluarga Kerajaan ke Piala Dunia. Negara-negara Uni Eropa yang mengatakan mereka tidak berniat mengusir diplomat adalah Austria, Yunani, dan Portugal, meskipun semua mengatakan mereka mendukung Inggris dan mengutuk serangan dengan agen syaraf tersebut.