REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Lembaga Survei Kedai Kopi,Hendri Satrio, melihat, pasangan dengan latar belakang militer tidak dibutuhkan oleh Jokowi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Sebab, saat ini, sudah banyak orang militer di dekatnya yang tidak menunjukkan potensi besar untukmeningkatkan elektabilitas Jokowi.
Hendri mencontohkan sejumlah nama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia Luhut Panjaitan dan Hendropriyono. "Tapi, saya melihat mereka tidak begitu mengangkat kinerja Jokowi," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (26/3).
Menurut Hendri, Jokowi justru cenderung membutuhkan pasangan dengan dua latar belakang, yakni ekonomi dan Islam. Sebab,dua poin ini akan menjadi isu yang tetap panas dalam Pilpres 2019 dan lima tahun kepemimpinan ke depan.
Dengan masa pemilihan yang masih lama, Hendri menjelaskan, nama-nama calon pendamping Jokowi akan terus bermunculan. Tidak terkecuali Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang tengah menjadi bahan perbincangan usai bertemu dengan Jokowi di Kebun Raya Bogor pada Sabtu (24/3).
Tapi, Hendri melihat, peluang Airlangga untuk maju ke Pilpres 2019 masih terbilang kecil. Sebab, ia masih belum bisa memasukkan dirinya dalam salah satu tipikal yang memang dibutuhkan Jokowi.
"Ahli di bidang ekonomi bukan, fokus ke umat Islam tidak," ucapnya.
Untuk Airlangga maju, hanya ada satu skenario yang memungkinkan, yakni dengan melibatkan Jusuf Kalla. Apabila ada tekanan dari JK yang memiliki kemampuan, sumber daya dan kekuatan yang hampir sama dengan Jokowi, Airlangga bisa saja maju nantinya.