Selasa 27 Mar 2018 16:49 WIB

Tim GNPF Pertanyakan Ahok Masih Ditahan di Mako Brimob

Tim advokasi GNPF Ulama mengapresiasi putusan PK soal Ahok.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Basuki Tjahaja Purnama
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Basuki Tjahaja Purnama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim advokasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama mengapresiasi langkah Mahkamah Agung (MA) menolak peninjauan kembali (PK) terpidana kasus penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Selain mengapresiasi penolakan PK, tim advokasi GNPF juga menyorot Ahok yang hingga kini masih ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

"Kita sangat mengapresiasi putusan PK tersebut, memang sudah tepat putusan penolakan PK tersebut," kata Koordinator Persidangan Tim Advokasi GNPF Ulama, Nasrulloh Nasution, Selasa (27/3).

Menurut dia, ada dua alasan mengapa MA akhirnya memutuskan menolak PK Ahok. Pertama, terkait novum atau bukti baru yang diajukan Ahok. Apabila benar bukti baru itu adalah putusan Buni Yani di Pengadilan Negeri (PN) Bandung maka, menurut dia, sudah jelas putusan tersebut tidak bisa dijadikan dasar novum.

"Karena di satu sisi belum berkekuatan hukum tetap, di satu sisi dakwaan yang dikenakan jauh berbeda," ungkap dia.

Kedua, lanjut Nasrulloh, sejauh ini tidak ada celah hukum yang membenarkan perbuatan terpidana ahok. Sehingga, tidak ada yang bisa membantah putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang sudah memvonisnya selama dua tahun.

Walaupun akhirnya PK Ahok telah ditolak, Nasrulloh meminta publik mengkritisi Ahok yang hingga kini masih ditahan di Mako Brimob. Bukan di penjara atau rumah tahanan resmi.

"Keberadaan Ahok yang sampai dengan saat ini masih d Mako Brimob merupakan persoalan yang selama ini jadi tanda tanya kita semua," Nasrulloh.

Untuk itu, ia berharap Ahok segera dipindah penahanan ke penjara atau lembaga pemasyarakatan, bukan di Mako Brimob. Menurut dia, salah satu yang harusnya diberikan kepada narapidana adalah pembinaan di rumah tahanan.

"Tujuannya agar mereka sadar akan kesalahan sehingga mereka tidak mengulangi dan berusaha kembali agar bisa diterima oleh masyarakat," katanya menerangkan. Karena itu, menurut dia, inilah pentingnya seorang narapidana ditahan di lembaga pemasyarakatan, bukan sekadar di Mako Brimob seperti Ahok.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement