REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Para pejabat ekonomi senior dari negara-negara ASEAN bertemu dalam Senior Economic Officials Meeting (SEOM) 2018 yang berlangsung pada 2124 Maret di Nusa Dua, Bali. Dalam pertemuan itu, mereka membahas isu terkait kebijakan industri besi dan baja yang diberlakukan Pemerintah Cina dan Amerika Serikat.
Negara-negara ASEAN khawatir mereka akan kebanjiran produk besi dan baja asal Cina. Kekhawatiran ini muncul setelah Amerika menaikkan tarif impor yang berpotensi membuat Cina mengalihkan pasar ekspornya ke Asia, terutama ASEAN.
Selain itu, para pejabat ekonomi senior ASEAN juga menyoroti praktik perdagangan tidak sehat yang diduga telah dilakukan oleh pengusaha asal Cina. Pemerintah Cina menerapkan kebijakan penetapan bea ekspor terhadap baja bernilai tambah rendah, dan memberikan pemotongan pajak (tax rabate) terhadap ekspor baja bernilai tambah tinggi. Namun, kebijakan ini dicurigai telah disalahgunakan oleh eksportir baja Cina dengan mengalihkan kode HS baja.
Kode HS baja karbon yang bernilai tambah rendah diduga diubah menjadi baja paduan yang bernilai tambah tinggi demi menghindari pajak ekspor. Praktik perdagangan tidak sehat ini telah mengakibatkan industri baja domestik ASEAN, termasuk Indonesia, mengalami kerugian. Tak hanya itu, industri baja domestik ASEAN juga kesulitan dalam meningkatkan kapasitas produksi.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan RI, Iman Pambagyo, yang mewakili Indonesia dalam pertemuan SEOM, mengatakan solusi atas permasalahan tersebut diharapkan dapat tercapai pada pertemuan dialog antara asosiasi besi dan baja ASEAN dan Cina. Pertemuan dialog itu dijadwalkan berlangsung pada 30 Maret 2018 mendatang di Xian, Cina dan akan dihadiri perwakilan dari pemerintah negara-negara anggota ASEAN dan China.
"Indonesia meminta agar perwakilan dari Pemerintah Cina yang hadir dalam dialog tersebut adalah wakil yang tepat dan memiliki kewenangan untuk memberikan solusi dan rekomendasi praktis guna penyelesaian isu besi dan baja ini, ujar Iman.