REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Mantan karyawan Cambridge Analytica mengatakan perusahaan Kanada AggregateIQ membuat software yang disebut Ripon. Software ini digunakan untuk mengidentifikasi pemilih Partai Republik menjelang pemilihan presiden AS tahun 2016.
AggregateIQ tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari pernyataan Christopher Wylie, seorang /whistleblower/ (pelapor pelanggaran) yang sebelumnya adalah konsultan dari lembaga konsultan politik Inggris, Cambridge Analytica, seperti dilansir di Reuters, Selasa (27/3).
Wylie sebelumnya telah mengungkapkan bagaimana data pengguna dari Facebook digunakan oleh Cambridge Analytica untuk membantu memilih Presiden AS Donald Trump.
Ripon, kota tempat Partai Republik didirikan pada 1854, adalah nama yang diberikan untuk alat yang memungkinkan kampanye mengelola basis data pemilihnya, menargetkan pemilih tertentu, melakukan kampanye, mengelola penggalangan dana dan melaksanakan survei.
"Sekarang ada bukti nyata dalam domain publik bahwa AIQ benar-benar membentuk Ripon, yang merupakan software yang memanfaatkan algoritma dari data Facebook," kata Wylie kepada Komite Digital, Budaya, Media, dan Olahraga Parlemen Inggris pada Selasa (27/3).
AggregateIQ mengatakan beberapa waktu lalu bahwa mereka tidak pernah dan bukan merupakan bagian dari Cambridge Analytica atau pernah mengadakan kontrak dengan Cambridge Analytica. Pihak AggregateIQ mengatakan mereka bekerja dengan kepatuhan penuh dalam semua persyaratan hukum dan peraturan dan tidak pernah secara sadar terlibat dalam kegiatan ilegal.
Cambridge Analytica mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka tidak berbagi data profil Facebook yang diperoleh oleh akademisi Cambridge dengan AggregateIQ. Mereka mengaku tidak memiliki komunikasi dengan AggregateIQ sejak Desember 2015.