REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa usia sekolah di negara tersebut diturunkan dari enam tahun menjadi tiga tahun. Ini dilakukan dalam usaha mereformasi sistem pendidikan negara tersebut.
"Taman kanak-kanak akan menjadi dasar menentukan dalam perjalanan sekolah negara kita." kata Macron ketika mengumumkan kebijakan tersebut hari Selasa (27/3).
"Saya memutuskan membuat taman kanak-kanak sebagai keharusan bagi anak-anak, dan karenanya menurunkan usia sekolah dari enam tahun menjadi tiga tahun." katanya.
Di atas kebijakan ini hanya mempengaruhi sedikit warga saja, karena menurut data OECD di tahun 2017, hampir 95 persen anak-anak berusia tiga tahun di Prancis sudah terdaftar dalam program pendidikan pra sekolah dasar. Namun persentase ini tidak menyebar rata di Prancis maupun di wilayah lain yang merupakan bagian dari negara tersebut.
Dalam pengumumannya, Macron mengatakan perubahan itu dilakukan untuk mengurangi ketimpangan di bidang pendidikan dimana anak-anak dari keluarga yang miskin di Prancis maupun di wilayahnya di luar negeri lebih kecil kemungkinannya mengirim anak-anak mereka ke sekolah di usia dini.
Macron mengatakan reformasi ini dimaksudkan untuk mencegah adanya anak-anak putus sekolah, karena ini akan menghilangkan ketimpangan dalam belajar bahasa. Menyusul pengumuman resmi tersebut, Macron juga kemudian menggunakan Twitter untuk menjelaskan keputusannya.
"Karena masih banyaknya kebingungan membedakan antara sekolah taman-taman kanak-anak dengan penitipan anak, maka usia sekolah yang wajib dari tiga tahun adalah perubahan cara berpikir yang nyata." katanya.
Setiap tahun Prancis menghabiskan 0,8 persen dari GDP untuk pendidikan usia dini, persentase yang lebih tinggi dari negara-negara OECD lainnya. OECD adalah sebutan bagi negara-negara yang sudah maju perekonomiannya.