REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) hari ini (28/3) melucurkan Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2017. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan buku tersebut kali ini mengambil tema mengoptimalkan momentum dan memperkuat struktur. "Tema ini kami pilih berdasarkan pengamatan menyeluruh dan analisis mendalam terhadap dinamika perekonian domestik maupun global sepanjang 2017," kata Agus di Kantor BI, Jakarta, Rabu (28/3).
Sesuai dengan tema tersebut, Agus mengatakan ada tiga momentum perekonomian yang mengemuka sepanjang 2017. Momentum tersebut muncul baik yang berasal dari global maupun domestik.
Momentum pertama, kata dia, bersumber dari global dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dunia. "Produk Domestik Bruto (PDB) dunia pada 2017 tumbuh 3,7 persen. Ini lebih tinggi dari 2016 sebesar 3,2 persen. Dan juga lebih baik dr perkiraan di awal tahun," jelas Agus.
Pertumbuhan ekonomi beberapa mitra dagang utama Indonesia dari negara maju seperti Amerika, Eropa, dan Jepang juga semakin kuat. Begitu pula dengan mitra dagang terbesar Indonesia dari negara berkembang yaitu Cina. Selain itu, Indonesia juga terhindar dari perlambatan ekonomi secara drastis. "Karena Indonesia memiliki strategi rebalancing yang berlangsung secara gradual," jelas Agus.
Momentum kedua, lanjut Agus, berkaitan dengan stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan yang dalam beberapa tahun terakhir terus terjaga. Stabilitas yang terjaga itu menurutnya tidak terlepas dari kehati-hatian dan konsistensi kebijakan makro ekonomi yang ditempuh BI dan pemerintah.
Stabilitas makro ekonomi 2017, tercermin pada inflasi yang berada dalam rentan sasaran. "Perkembangan ini tentu menggembirakan. Inflasi sempat mencapai delapan persen pada periode 2013 dan 2014," tutur Agus.
Lalu momentum ketiga, yaitu stabilitas ekonomi dengan membaiknya keyakinan pelaku ekonomi terhadap perekonomian nasional. Pada 2017, Agus mengatakan Indonesia menerima berbagai pengakuan positif dari dunia internasional.
Sementara dari domestik, perbaikan keyakinan tercermin pada investasi korporasi melalui belanja modal yang mulai meningkat. "Terutama di semester kedua 2017. Keyakinan yang semakin membaik ini menajadi pondasi dalam mendorong berlanjutnya pemulihan ekonomi," jelas Agus.
Meskipun begitu, di tengah berbagai momentum positif tersebut, Agus menambahkan beberapa tantangan masih mengemuka. Situasi bahkan menjadi kompleks karena pada saat bersamaan, perekonomian domestik berada dalam fase penyesuaian.