Rabu 28 Mar 2018 16:51 WIB

Radikalisme Masih Jadi Ancaman

Generasi Muslim saat ini memiliki kewajiban merawat keislaman dan keindonesiaan.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pendidikan Islam Kementerian Agama di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Rabu (14/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pendidikan Islam Kementerian Agama di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Rabu (14/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Masalah radikalisme masih dianggap sebagai ancaman laten di Indonesia. Generasi Muslim saat ini memiliki kewajiban merawat keislaman dan keindonesiaan secara bersama-sama.

Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin mengatakan hal itu saat berbicara pada Halaqah Santri Nusantara di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta (28/3). Acara bertema Penguatan Wawasan Kebangsaan Dan Moderasi Islam Untuk Generasi Milenial ini menjadi bagian dari skema umum dalam menangkal radikalisme di kalangan umat beragama.

"Mari kita mengedepankan rasa syukur sebagai bangsa Indonesia, yang tradisionalis namun toleran dan memiliki relasi kuat dengan agama," kata Lukman.

Mengingat salah satu pintu masuk radikalisme adalah dunia pendidikan, termasuk pesantren, maka pemerintah pun berupaya mengajak dunia pesantren menjaga keislaman nusantara yang memiliki spirit rahmatan lil alamin atau kedamaian universal.

Acara yang dihadiri sekitar 2.000 orang santri dari berbagai pondok pesantren di Indonesia ini menjadi bagian dari pertemuan serupa yang digelar dalam lima tahun terakhir. Pada Desember lalu Halaqah Pimpinan Pesantren bersama Menteri Agama digelar di Jepara, Jawa Tengah.

Kegiatan itu menjdi bukti bahwa para pemangku pesantren ingin memberikan kontribusi dalam menjaga keislaman nusantara yang tradisionalis dan damai dari tekanan aliran islam transnasional yang radikal. Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin berharap, santri sekarang tidak boleh menjadi obyek kemajuan zaman.

Sehingga, saya berharap santri aware dengan perkembangan dan tantangan terkini, kata Amin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement