Kamis 29 Mar 2018 10:31 WIB

Menteng Muslim Center Siap Gerakkan Milenial Anti-hoaks

Ide membuat konten positif diinventarisasi dan dikemas untuk mencegah hoaks.

Pengajian tema
Pengajian tema

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteng Muslim Center kembali menggelar pengajian dengan tema populer yang menyetuh problematika keumatan. Pengajian yang digelar tiap sebulan sekali pada Senin di minggu terakhir ini sudah memasuki pengajian ketujuh (29/3) dengan tema "Muslim Milenial Antihoaks".  

 

Ketua umum PB HMI periode 2013-2015 Arief Rosyid Hasan yang memoderatori pengajian membuka pengajian dengan mengungkapkan pentingnya untuk mempertajam diskusi Muslim Antihoaks yang sudah dibahas pada pengajian sebelumnya. Pengajian kali ini menghadirkan narasumber Plt Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Slamet Santoso, Arif Setiawan (mantan Social Media Strategist Pemuda Hijrah), dan Jurnalis Vivanews Agus Rahmat. 

 

"Menteng Muslim Center mengundang poemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika karena dalam memberantas hoaks harus membangun sinergi dengan semua pihak," kata Arief Rosyid. 

 

Menurut Arief, pemerintah tentu sudah melakukan banyak hal, tapi dengan menggandeng komunitas-komunitas lain khususnya kelompok pengajian pemuda atau milenialis tentu akan banyak ide-ide kekinian yang muncul. "Perlu ada rencana tindak lanjut yang kongkrit dengan gerakan-gerakan yang lebih populer untuk melawan hoax. Kelompok pemuda kelas menengah harus turun gunung memimpin gerakan tersebut," ujarnya.

 

Plt Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Slamet Santoso mengatakan memberantas hoaks dapat dilakukan melalui literasi, parenting, dan edukasi. Menurut Slamet untuk bisa menjawab kabar hoaks perlu melibatkan komunitas masyarakat seperti Menteng Muslim Center.  

 

Menurut Slamet, edukasi penggunaan internet harus dilakukan secara masif dan terus-menerus. Caranya dengan memberi suri tauladan yang baik menggunakan intenet. Hal seperti ini ber haruse berikan edukasi, konten positif inventarisir dan dikemasi sedemikina rupa untuk mebanyak cara.  

 

"Kemenkominfo membuat materi dan konten terkait literasi digital baik dalam bentuk buku maupun dalam bentuk sesuatu visual yang bisa bergerak yang sifatnya memberikan edukasi dan pemahaman kepada pengguna internet," katanya.  

 

Slamet menjelaskan prinsip di  dunia nyata itu tidak lebih besar atau lebih kecil dunia maya. "Jadi dunia nyata itu sama dengan di dunia maya. Apa yang kita lakukan jelek di dunia nyata juga jelek di dunia maya. Kita menghardik orang atau malakukan ujaran kebencian terhadap orang di dunia nyata dan di dunia maya sama-sama jelek," katanya.

 

Menurut Slamet hal-hal seperti ini harus diberikan edukasi. Ide-ide membuat konten positif diinventarisasi dan dikemas sedemikian rupa untuk memperbanyak cara mencegah hoaks. "Orang jadi mengerti dan tidak sembarang ngeshere. Ini menjadi PR bersama," ujar Slamet.

 

Mantan Social Media Strategist Pemuda Hijrah, Arif Setiawan mengatakan karakter orang Indonesia itu jago meniru. "Kalau kita bisa buktikan konten-konten positif bisa viral, maka mereka akan niru yang positif," kata Arif.  

 

Arif membuktikan hal tersebut di Pemuda Hijrah ketika artikel tentang pengusaha muda yang dulu rajin ke dukun terus insaf, sampe dibaca 200 ribu orang. Selain itu, ada artikel tentang seorang mayor TNI yang ngaji 10 juz sehari juga dibaca 100 ribu orang. "Dua konten ini sempat dicontek banyak orang. Jadi fokus kita akan viralin konten-konten positif agar mereka tidak tertarik bikin konten negatif," ujar Arif.

 

Jurnalis Vivanews Agus Rahmat mengatakan dalam bersosial media harus dikedepankan tabayyun. Apalagi saat mendapat informasi yang baru dan belum terbukti benar. "Di era tsunami informasi saat ini, dan ditambah teknologi yang makin tinggi, maka informasi juga tersebar dengan cepat. Yang perlu kita lakukan cek dan ricek terhadap informasi yang diterima," kata Agus. 

 

Maka yang perlu dilakukan dalam bersosmed, lanjut Agus adalah cek kebenarannya terlebih dahulu. "Jangan mudah percaya terhadap suatu kabar," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement