Kamis 29 Mar 2018 20:13 WIB

KPK Sita Rumah Emirsyah Satar di Pondok Indah

Rumah milik Emirsyah diduga berasal dari pemberi suap Garuda-Rolls Royce.

Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar (tengah) dimintai keterangan oleh awak media seusai menjalani pemeriksaan perdana di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Jumat (17/2).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar (tengah) dimintai keterangan oleh awak media seusai menjalani pemeriksaan perdana di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Jumat (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita rumah milik keluarga tersangka Emirsyah Satar dalam penyidikan tindak pidana korupsi suap terkait pengadaan pesawat dan mesin pesawat dari Airbus S.A.S dan Rolls-Royce P.L.C pada PT Garuda Indonesia. Rumah tersebut diduga berasal dari tersangka pemberi suap.

"Hari ini, penyidik melakukan penyitaan terhadap salah satu aset milik keluarga tersangka Emirsyah Satar. Aset itu adalah satu unit rumah di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan," kata Juru Bicara KPK Ferdiansyah di gedung KPK, Jakarta, Kamis (29/3).

Lebih lanjut, Febri menyatakan bahwa rumah tersebut diduga dibeli oleh keluarga tersangka Emirsyah Satar sekitar tahun 2012 seharga kurang lebih Rp 8,5 miliar. "Uang untuk pembayaran rumah tersebut diduga berasal dari tersangka Soetikno Soedarjo," ungkap Febri.

Untuk diketahui, KPK telah menetapkan dua tersangka dalam kasus itu, yakni mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia 2005-2015 Emirsyah Satar dan presiden komisaris PT Mugi Rekso Abadi (MRA) Soetikno Soedarjo. "Sehingga dengan pendekatan "follow the money" dalam kasus ini, penyidik bersama tim "asset tracing" KPK kemudian melakukan proses pencarian aset sampai dengan proses penyitaan yang dilakukan hari ini," ucap Febri.

Rumah tersebut dibeli dari penyanyi di era 1980-an Istiningdiah Sugianto atau Iis Sugianto yang sebelumnya sempat diperiksa KPK pada 15 Januari 2018 lalu. Saat itu, Iis Sugianto mengaku dikonfirmasi KPK soal pembelian rumah oleh salah satu tersangka kasus suap dalam kasus tersebut.

KPK pun pada Kamis memeriksa dua saksi dalam penyidikan kasus tersebut untuk Emirsyah dan Soetikno, yakni Vice President Aircraft Maintenance Management PT Garuda Indonesia Batara Silaban dan pensiunan pegawai PT Garuda Indonesia Capt Agus Wahjudo. "Penyidik memeriksa para saksi dalam kapasitas sebagai pejabat PT Garuda Indonesia yang diduga mengetahui terkait proses pengadaan pesawat, mesin pesawat, dan perawatan pesawat Garuda Indonesia," kata Febri.

Emirsyah Satar dalam perkara ini diduga menerima suap 1,2 juta euro dan 180 ribu dolar AS atau senilai total Rp 20 miliar serta dalam bentuk barang senilai 2 juta dolar AS yang tersebar di Singapura dan Indonesia dari perusahaan manufaktur terkemuka asal Inggris, Rolls Royce dalam pembelian 50 mesin pesawat Airbus SAS pada periode 2005-2014 pada PT Garuda Indonesia Tbk.

Pemberian suap itu dilakukan melalui seorang perantara Soetikno Soedarjo selaku "beneficial owner" dari Connaught International Pte. Ltd yang berlokasi di Singapura. Soektino diketahui merupakan presiden komisaris PT Mugi Rekso Abadi (MRA), satu kelompok perusahaan di bidang media dan gaya hidup.

Rolls Royce sendiri oleh pengadilan di Inggris berdasarkan investigasi Serious Fraud Office (SFO) Inggris sudah dikenai denda sebanyak 671 juta pounsterling (sekitar Rp 11 triliun) karena melakukan pratik suap di beberapa negara antara lain Malaysia, Thailand, Cina, Brazil, Kazakhstan, Azerbaizan, Irak, Anggola.

KPK awalnya menerima laporan dari SFO dan Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) Singapura yang sedang menginvestigasi suap Rolls Royce di beberapa negara, SFO dan CPIB pun mengonfirmasi hal itu ke KPK termasuk memberikan sejumlah alat bukti. KPK melalui CPIB dan SFO juga sudah membekukan sejumlah rekening dan menyita aset Emirsyah yang berada di luar negeri. Namun, sampai saat ini KPK belum menahan keduanya meskipun telah ditetapkan sebagai tersangka pada 16 Januari 2017 lalu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement