REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memperingati Hari Penyiaran Nasional atau Harsiarnas ke-85 di Palu, Sulawesi Tengah. Rangkaian kegiatan telah berlangsung sejak 15 Maret hingga 1 April 2018.
Acara mengusung tema "Menjaga Keutuhan NKRI Melalui Dunia Penyiaran yang Sehat dan Berkualitas". Dalam kegiatan tersebut, KPI bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Pemerintah Kota Palu.
Ketua KPI Pusat Yuliandre Darwis memaparkan, peringatan Harsiarnas merupakan momentum untuk merefleksikan kembali peran dunia penyiaran. Terutama, dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurutnya, dalam konteks mewujudkan cita-cita bangsa, penyiaran berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, dan hiburan. Semuanya berguna memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.
Hakikatnya, penyiaran bertujuan memberikan pencerahan bagi kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Saat proklamasi kemerdekaan dan perjalanan reformasi pun, penyiaran mengantarkan bangsa Indonesia pada iklim demokratis. "Kita tentunya sangat paham, bagaimana pekik kemerdekaan dikumandangkan Bung Tomo lewat radio. Televisi dan radio terbukti telah mengambil peran yang sangat penting dalam setiap momentum perubahan bangsa ini," ungkapnya.
KPI mengharapkan para pelaku penyiaran, baik televisi dan radio, meneguhkan perannya dalam menjaga keutuhan NKRI. Caranya, dengan menghadirkan program-program siaran yang sehat dan berkualitas.
Peringatan Harsiarnas terdiri atas berbagai kegiatan, termasuk Kampanye Indonesia Bicara Baik, bedah buku, dan festival media. KPI berharap Presiden Joko Widodo dapat hadir pada puncak acara untuk meresmikan Tugu Penyiaran Indonesia dan menandatangani Keppres tentang penetapan Hari Penyiaran Nasional.