Jumat 30 Mar 2018 08:33 WIB

PBB Peringatkan Perang Dingin Baru Rusia-AS

Guterres mendesak Washington dan Moskow membangun kembali saluran komunikasi.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump saat KTT G20 di Hamburg, 7 Juli 2017.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump saat KTT G20 di Hamburg, 7 Juli 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Kamis (29/3) memperingatkan hubungan Rusia dengan Amerika Serikat sedang memburuk ke situasi yang agak sama dengan yang berlangsung saat Perang Dingin. Ia menyerukan agar hubungan dijaga.

Hanya beberapa hari setelah Amerika Serikat mengumumkan akan mengusir 12 diplomat Rusia di PBB terkait serangan racun saraf di Inggris, Guterres mendesak Washington dan Moskow membangun kembali saluran komunikasi untuk mencegah agar ketegangan tidak meningkat. "Pada Perang Dingin, ada mekanisme komunikasi dan pengendalian untuk menjaga peningkatan insiden, untuk memastikan keadaan tidak lepas kendali ketika ketegangan meningkat. Mekanisme-mekanisme itu sudah dibongkar. Saya percaya mekanisme-mekanisme ini kembali penting," kata Guterres.

Perang Dingin, yang berlangsung selama empat dasawarsa setelah Perang Dunia Kedua, ditandai dengan ketegangan geopolitik Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Baratnya di satu sisi dengan Uni Soviet dan negara-negara lain blok timur. Amerika Serikat mengatakan pada Senin Washington akan mengusir 60 diplomat Rusia, termasuk 12 di antaranya yang ditempatkan di misi Rusia untuk PBB di New York. Pengusiran oleh AS itu merupakan langkah hukuman yang juga diambil negara-negara di Eropa terhadap Kremlin atas serangan racun saraf yang dialami mantan mata-mata Rusia di Inggris, yang mereka tuduhkan dilakukan oleh Moskow.

Rusia membantah memiliki keterlibatan apa pun dalam serangan 4 Maret itu. Pada Kamis, Moskow mengumumkan pihaknya juga akan mengusir 60 diplomat Amerika Serikat serta menutup konsulat AS di St Petersburg.

Washington dan Moskow sebelumnya sudah terlibat dalam serangkaian perselisihan, yaitu terkait pencaplokan Krimea di Ukraina oleh Rusia, perang di Suriah serta dugaan-dugaan bahwa Rusia mencampuri pemilihan presiden AS 2016. Rusia juga khawatir Presiden AS Donald Trump sedang merencanakan tindakan militer terhadap pemerintah Suriah atas tuduhan penggunaan senjata kimia dalam konflik yang telah berlangsung lama di Suriah.

Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan Washington tetap siap bertindak jika diharuskan. Hal itu seperti yang dilakukannya pada April tahun lalu ketika AS mengebom sebuah pangkalan udara pemerintah Suriah, yang dikatakannya digunakan sebagai tempat untuk melancarkan serangan gas beracun maut. Guterres menekankan perbedaan kunci antara situasi saat ini dan Perang Dingin adalah sekarang ada banyak aktor yang relatif independen yang memiliki peranan penting di banyak konflik sekarang dengan risiko peningkatan (ketegangan) yang bisa diketahui.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement